Jumat, 08 April 2011

IBU DAN BASMALAHKU

BU DAN BISMILLAHKU
Sembilan bulan kau jaga aku
Akupun terlahir...
Kau kembangkan senyum terindahmu
Kau buai..., kau ayun...
Kau timang..., kau cium keningku,
Setelah bisikkan adzan dan iqamat ditelingaku

Aku tak tahu mengapa kau begitu berbunga
Padahal aku hanya seorang bayi mungil
Bayi yang bising dengan oek.., oek..
Bayi yang buatmu tak nyenyak dengan oek.., oek..
Bayi yang buatmu sedih dengan oek.., oek..
Bayi yang juga buatmu senang dengan oek.., oek..
Yah.., bayi yang hanya tahu oek.., oek..

Saat aku mulai beranjak…
Kau ajari aku alif, ba', ta'
Kau ajari aku a, i, u, ba, bi, bu
Kau ajari aku bismillah

Ku lihat senyummu tak berubah
Kau suruh aku mencari terusan bismillah-ku
Meski kau harus jemur kepala
Walau kering keriput diwajah
Atau harus korbankan petak sawah

Ibu...
Bapak...
Kini aku mengerti
Mengapa kau tukar petak sawahmu dengan
alif dan bismillah-ku
Kau ingin aku jadi ladang sepanjang masamu
Biar esok engkau, embah dan saudaraku dapat nikmati panenku
" Waladun shalihun yad'u lahu "

Expus…
" Apabila anak cucu adam meninggal dunia maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakan terhadapnya". (HR. Muslim)

Entah berapa bayak keterangan yang menjelaskan tentang anak dan orang tua. Anak, yang dilahirkan oleh orang tua dengan perjuangan keras tidak tanggung-tanggung terkadang bukan hanya rasa sakit tapi kalau perlu harus korbankan nyawa, tapi herannya semua itu dijalani oleh orang tua dengan tulus tanpa ada sedikit rasa penyesalan.
Anak, setelah terlahirpun masih merepotkan menjadi beban pikiran dan materi, juga tak tanggung-tanggung bukan hanya sebulan-dua bulan, setahun-dua tahun tapi bahkan kadang seumur-umur, juga kagumnya walau dengan susah paya, peras-keringat banting-tulang, banyak "makan uang" dan "makan hati" orang tua tetap saja punya sayang.
" Nak.., cung.., kalau nanti ibu atau bapak meninggal kirimin Fatihah ya…" Ini kata-kata yang sering didengar dari orang tua kepada anaknya. Selaras dengan sabda Nabi yang dapat disimpulkan bahawa termasuk dari yang masih bisa diharapkan ketika nanti seseorang telah meninggal dunia adalah anak shalih yang mendoakan orang tuanya. Mungkin sebab inilah kesabaran dan ketulusan hati selalu terpancar dari sosok orang tua kepada anaknya.

Wahai anak-anak muslimin..!
Sepintas memang tidak masuk akal jika orang tua mengorbankan itu-ini demi anaknya yang sepintas juga kadang tidak mendatangkan keuntungan yang sesuai. Saat di dalam kandungan rasa tidak enak yang cukup lama, sembilan bulan begitulah kaprahnya. Melahirkan mendatangkan rasa sakit yang teramat, dan setelah terlahir pun membawa tanggung jawab serta kerepotan yang sangat. Sebenarnya apa yang orang tua harapkan? “Sekedar Fatihah”, itu saja. Teramat murah balasan yang diharapkan. Bagaimana tidak? Siang malam harus menjaga, merawat dan mengusahakan apa yang dibutuhkan anak, menyusui, memandikan, mengayun bahkan merelakan tangan yang lembut nan bersih itu untuk (maaf) mencebokinya.

Wahai anak-anak muslimin..!
Bukankah dimata dunia lebih baik mengurus orang lain dengan gaji yang cukup besar dari pada mengurus anak sendiri tanpa bayaran sepeserpun? Bukankah lebih baik dijadikan modal usaha agar hidup tidak terlunta-lunta dari pada dijadikan biaya pendidikan anak yang tak tentu dapat memperbaiki kebutuhan ekonomi rumah tangga? Dan bukankah lebih baik memikirkan urusan-urusan bisnis atau apalah dari pada memikirkan urusan masa depan anak yang keuntungannya akan didapat oleh anak itu sendiri? Coba pikirkan, berapa banyak isi kantong yang terkuras hanya karena untuk membiayai pendidikan anak, sedang orang tua terkadang sehari-hari harus makan nasi dan sambal terasi. Berapa banyak waktu dan pikiran yang terkuras untuk memikirkan semua kebaikan anak nanti, sedang orang tua terkadang tak sempat untuk mungurus dirinya sendiri hingga kadang lupa untuk merias diri. Berapa banyak upaya tenaga yang dikeluarkan demi kesuksesan anak, sedang orang tua terkadang harus berjemur seharian di pasar, di laut atau di sawah tak ambil pusing tentang dirinya yang penting anak bahagia. Sungguh teramat murah hanya sekedar Fatihah itu saja yang dimintanya.

Wahai anak-anak muslimin..!
Sangat tidak pantas jika kita masih neko-neko, masih itu-ini terhadap orang tua hanya karena ada sedikit hal yang kurang atau tidak cocok bagi kita dari mereka, lalu beranggapan mereka tak pengertian, tak perhatian, tak sayang dan tak, tak yang lainnya. Sangat tak tahu diuntung jika kita masih terus menuntut dan menuntut dari mereka karena merasa ada hak kita yang tidak mereka penuhi lalu beranggapan mereka hanya mementingkan diri sendiri, hanya semaunya sendiri, hanya mau menang sendiri dan hanya, hanya yang lainnya. Bertanyalah..! Apa yang pernah kita berikan pada mereka? Pernahkah mereka meminta balas jasa, Vespa apalagi Avanza? Bayangkanlah..! Andai saja mereka meminta dari kita balasan yang setimpal atas apa yang telah mereka berikan, maka apa kiranya yang akan kita balaskan?

Wahai anak-anak muslimin..!
Jangan pernah berpikir karena kita telah memberikan biaya makan-minum dihari tua mereka kita telah menebus suapan-suapan dari tangan lembut mereka. Kalau ini benar, cukupkah semua itu untuk menebus tetes-tetes air susu diwaktu kecil dulu yang kini telah menjadi darah-daging dan masih terus mengalir ditubuh kita yang kini telah menjadi konglomerat? Jangan karena kita telah memberikan bimbingan atas sedikit kekurangan-kekurangan ilmu pengetahuan mereka dihari tuanya kita merasa telah membalas jasa-jasa mereka. Kalau benar, cukupkah semua itu untuk membalas Alif, Ba', Ta', A, I, U, Ba, Bi, Bu, dan Bismillah yang kini menjadi akar pada ilmu pengetahuan kita yang kini telah menjadi Prof., Dr., Ir. atau apa sajalah gelarnya? Jangan karena kita telah memberikan sedikit waktu luang untuk perhatian atau kasih sayang kepada mereka dihari tuanya kita merasa telah membayar waktu-waktu yang telah mereka luangkan untuk kita. Kalau benar, cukupkah semua itu untuk melunasi kasih sayang, buayan, sentuhan-sentuhan halus nan lembut saat dulu kita tak tahu entah karena apa menagis oek.., oek.., oek.., yang hingga kini masih terasa hangat pada kita yang telah menjadi tampan nan gagah, cantik nan jelita? Tidak, sungguh… Apa yang telah mereka berikan kepada kita tak akan pernah mampu kita balas. Apalagi cuma dengan materi, pengetahuan dan perhatian, dengan seluruh yang kita punya tak cukup untuk membalasnya, bahkan mungkin dengan jasad, daging dan tulang-belulang serta nyawa kita sekalipun takkan cukup.

Wahai anak-anak muslimin..!
Berusahalah kita untuk menjadi anak yang lembut, nurut-manut dan pandai tersenyum manis kepada orang tua, tak usah menunggu mereka tiada tapi mulailah dari sekarang. Jangan mencoba untuk melunasi apa yang telah mereka berikan karena itu tidak mungkin. Berusahalah untuk selalu menjadi anak yang dapat dibanggakan, baik, berbakti dan berbudi pekerti, atau paling tidak menjadi anak yang tidak membuat sakit hati orang tua, sebab mereka tak meminta imbalan apa-apa, tulus murni dari rasa kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Kalau pun ada yang mereka minta itupun mungkin hanya sekedar Fatihah saja nanti kala mereka tiada. Ya…Begitulah pinta yang biasa orang tua ucapkan kepada anak-anaknya.
" Nak.., cung.., kalau nanti ibu atau bapak meninggal kirimin Fatihah ya.."
“Waladun shalihun yad'u lahu”

Ibu ...
Bapak ...
Kini aku mengerti
Mengapa kau tukar petak sawahmu dengan
Alif dan Bismillah-ku
Kau ingin akau menjadi ladang sepanjang masamu
Biar esok engkau, embah dan saudaraku dapat nikamati panenku

1 komentar:

  1. Allahummaghfirlana wa liwalidaina warrhamhuma kama robbayana shoghirooo, amin...

    BalasHapus