Expus

Ad-Dlo’ify Bukanlah Siapa-Siapa..
Dia Hanya Seorang Yang Ingin Mencoba..
So, Selebihnya Terserahlah..
……………………………………………………………………

WARNIG…!
“Saya tidak memberikan idzin kepada siapa saja untuk menggunakan sepatah-duapatah kata yang ada disini untuk sesuatu yang tidak islami. Saya sudah terlalu banyak dosa, jadi tolong jangan ditambah lagi dengan sebab sepatah-duapatah kata disini”.
…………………………………………………………………………

Judul : Expus (Expresi Puisi) Kado Lebaran Sntri Seberang
Pengantar : R.H. Moh. Thohir Zain
Penyusun : Ad-Dlo’ify
Sampul : Oink is ad-Dlo’ify
Kategori : Seni Bahasa
Bentuk : Buku Mini
Status : Sudah Dicetak
Hak Cetak : M2KD & Shohib Ghurfah al-Malikie

PENGANTAR
Oleh: Guru Yang Saya Ta’dhimi
R.H. MOH. THOHIR ZAIN
Ketua Pembina Majelis Musyawarah Kutubuddiniyah
Ponpes. Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan Madura

Bismillahirrahmanirrahim…

Segala puji hanya bagi Allah SWT, Dzat yang menciptakan alam, anda, saya dan kita semua. Segala limpahan kebaikan yang ada semoga menjadi milik baginda Nabi Muhammad (yang dijuluki Thohir) makhluk paling dicintai dan mencintai-NYA.

Pembaca, dengan kejujuran saya sebenarnya sudah tidak begitu tertarik (sangat) untuk memberikan kata pengantar untuk buku kumpulan puisi dan sastra atau sejenisnya. Selain karena memang sudah sering, saya merasa hal yang seperti itu untuk saat ini kurang kita butuhkan. Baiklah jika anda memberikan data pada saya bahwa film Laskar Pelangi yang merupakan adaptasi dari novelnya telah memecahkan rekor penonton di Indonesia dengan sementara berjumlah empat juta sekian penonton. Pun Laskar Pelangi menjadi film yang amat sangat memberikan inspirasi terhadap siapa saja di Negara ini. Tapi justru itu masalahnya! Laskar Pelangi ini adalah salah satu dari begitu banyak film, novel, dan buku yang mengemas (katanya atau pengennya) pendidikan dan nilai-nilai kehidupan dalam bingkai cinta atau sastra. Lihat saja Ayat-Ayat Cinta, buku dan filmnya sangat fenomenal. Lalu diteruskan dengan sekuelnya, Ketika Cinta Bertasbih. Serta lihat juga trilogy Laskar Pelangi yang ditutup dengan Maryah Karpov, plus sekian judul lainnya dari pengarang-pengarang kita, baik yang bernafaskan originalitas maupun sebuah plagiatisme yang masih dibela dengan justifikasi term “terinspirasi” maupun “pengembangan”. Semuanya itu masih ditambah dengan begitu banyaknya (mayoritas bahkan) acara di televisi dan media lainnya yang sangat, sangat, “dikemas” dengan nuansa entertainment. Tidakkah kita perhatikan bahwa apapun di negara ini kini sudah terkontaminasi dengan alam hiburan dan rekreatif? Mulai dari acara olahraga, berita (didramatisasi), reality show (seperti: Termehek-Mehek) dan bahkan gossip!

Alasan yang selalu dijadikan pembenaran untuk melakukan hal itu semua adalah bahwa dengan kehidupan yang prihatin seperti sekarang, masyarakat butuh pendekatan yang menyenangkan bagi mereka. Masyarakat sudah bosan dengan sesuatu yang “serius” seperti politik dan sebagainya. Rakyat butuh hiburan! Tapi apakah itu harus dengan cara yang berlebihan seperti yang tadi disebutkan? Tidakkah pernah terpikirkan jika dibiarkan seperti ini maka yang ada nantinya masyarakat yang cenderung pemimpi dan hidup di dunia yang lain? Padahal seperti yang telah sering saya katakan, bahwa daripada membangun istana di dalam khayal, lebih baik membangun gubuk di dalam alam nyata. Tidakkah hal itu kita sadari? Lalu atas nama apa lagi kita masih sempat-sempatnya merepotkan diri sendiri (membuang waktu) hanya untuk bikin puisi-puisi atau kisah cinta yang tidak sederhana itu?

Dari paparan ini mestinya sedari awal saya harus sudah mengatakan “No” pada Khoiruddin (saya biasa memanggilnya Udin) ketika ditawari untuk memberikan beberapa kata pengantar dalam kumpulan puisinya yang ini. Tapi ternyata saya tidak juga melakukannya, bahkan malah mengamini saja. Anda mau tahu kenapa?

Pembaca, jawaban atas semua itu adalah ini: “Khoirudin”! Demi nama ini saya masih mau untuk sekedar menyusun beberapa kata yang berserakan di otak kanan-kiri saya bagi sesuatu yang menurut saya kurang penting.

Udin ini bagi saya adalah orang yang pantas untuk saya repot karenanya. Banyak alasan yang menjustifikasi hal itu. Memang sih, Udin ini adalah orang yang sangat berjasa besar pada saya, baik itu dalam kreatifitas hingga akhirnya ranah bisnis. Tapi bukan itu variable utamanya, bukan itu. Hal yang esensial dari kenapa harus Udin itu adalah karena bagi saya Udin ini adalah orang yang sangat aneh. Sama sekali tidak normal atau mungkin sama sekali normal…

Saya mengenal Udin sebagai makhluk satu-satunya yang berasal dari pulau Bawean, lonely banget dianya. Tapi lagi-lagi bukan itu yang bikin saya memberikan apresiasi terhadapnya. Tapi sifat dan prinsipnya itu yang bikin saya geleng-geleng kepala. Orang ini sepertinya punya hal yang sama sekali jarang dimiliki oleh orang lain. Sehingga saya berani mengatakan bahwa dia tidak normal. Karena “normalnya”, orang tidak akan seperti itu. Atau juga sangat normal karena mungkin saja yang benar dan seharusnya adalah yang dia lakukan sedangkan manusia lainnya menjadi tidak normal.

Udin ini sepengetahuan saya adalah orang yang memandang dunia dengan kacamata “negatifnya”. Baginya dunia ini sebaiknya didekati dengan sesuatu yang serius dan kritis terlebih dahulu sebelum hal yang lainnya. Dalam arti dengan tatapannya dia seolah mengatakan “Kenapa harus begini, tidak begitu. Padahal….?” Lalu dengan otaknya seakan-akan dia selalu berpikir dan berpikir tentang semuanya, yang tidak pas baginya dan memang semestinya. Gaya pikir terbaliknya ini yang selalu membuat saya enjoy ketika harus membaca setiap tulisannya. Walaupun bukan berarti Udin adalah orang yang skeptik dan pesimistis, tetap saja cara dia melihat hidup dan dunia ini serta mengeluarkannya dalam bahasa verbal yang “tidak biasa” menjadi daya tarik terbesar dia sebagai seorang penulis (peng-imajinasi). Sesuatu yang pada zaman seperti ini seperti nasi goreng hangat untuk orang Eskimo. Bagaimana?
Dan walaupun juga ketika saya menulis ini saya belum membaca seperti apa tulisan sastra yang telah dia cipta dan kumpulkan, saya yakin bahwa saya akan menemukan apa yang selama ini saya temukan dari seorang Udin, sesuatu yang membuatnya berbeda dengan penulis lainnya, apalagi yang kacangan. Dan atas nama itu, saya bersedia berkompromi dengan hati dan tekad saya sendiri…

Akhir kata, saya sangat berharap semoga buku ini secara maksimal memberikan manfaat bagi kita semua, apapun itu bentuknya. Dan saya juga berharap, semoga ini berdampak yang jelas dan awet, bukan hanya segitunya saja. Serta tentu saja, jangan menjadi karya yang terakhir dari sang “Aneh”, dan, semoga nanti tidak berupa karya yang terlalu berbau sastra begitu.

Walhamdulillah...

Bismillahirrahmanirrahimi…
al-Hamdulillahi rabbil 'alamina
wasshalatu wassalamu 'ala sayyidina
Muhammadin wa alihi wa shahbihi ajma'ina..

LEWAT SYAIR
Andai tak seorangpun yang ingin menghiburku
Maka biarkan ku menghibur diri dengan syairku
Bila raut wajah kebiadaban hanya terus disembunyikan
Maka izinkan syairku tuk coba melukiskan
Jika aku adalah seorang yang selalu melakukan kebejatan
Tolong..!, jangan halangi syairku tuk berbuat kebajikan

Wahai syairku...
Ku tak mau kau seperti aku
Katakan pada mereka, sebagian naluriku ada padamu

Jika diriku penuh dengan kemunafikan
Cobalah dengarkan syairku yang berisi kajujuran
Dan, sendainya tak ada padaku jua syairku suatu kebenaran
Mungkin cukup jadikan syairku hanya sebuah bacaan

IBU DAN BISMILLAHKU
Sembilan bulan kau jaga aku
Akupun terlahir...
Kau kembangkan senyum terindahmu
Kau buai..., kau ayun...
Kau timang..., kau cium keningku,
Setelah bisikkan adzan dan iqamat ditelingaku

Aku tak tahu mengapa kau begitu berbunga
Padahal aku hanya seorang bayi mungil
Bayi yang bising dengan oek.., oek..
Bayi yang buatmu tak nyenyak dengan oek.., oek..
Bayi yang buatmu sedih dengan oek.., oek..
Bayi yang juga buatmu senang dengan oek.., oek..
Yah.., bayi yang hanya tahu oek.., oek..

Saat aku mulai beranjak…
Kau ajari aku alif, ba', ta'
Kau ajari aku a, i, u, ba, bi, bu
Kau ajari aku bismillah

Ku lihat senyummu tak berubah
Kau suruh aku mencari terusan bismillah-ku
Meski kau harus jemur kepala
Walau kering keriput diwajah
Atau harus korbankan petak sawah

Ibu...
Bapak...
Kini aku mengerti
Mengapa kau tukar petak sawahmu dengan
alif dan bismillah-ku
Kau ingin aku jadi ladang sepanjang masamu
Biar esok engkau, embah dan saudaraku dapat nikmati panenku
" Waladun shalihun yad'u lahu "

Expus…
" Apabila anak cucu adam meninggal dunia maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakan terhadapnya". (HR. Muslim)

Entah berapa bayak keterangan yang menjelaskan tentang anak dan orang tua. Anak, yang dilahirkan oleh orang tua dengan perjuangan keras tidak tanggung-tanggung terkadang bukan hanya rasa sakit tapi kalau perlu harus korbankan nyawa, tapi herannya semua itu dijalani oleh orang tua dengan tulus tanpa ada sedikit rasa penyesalan.
Anak, setelah terlahirpun masih merepotkan menjadi beban pikiran dan materi, juga tak tanggung-tanggung bukan hanya sebulan-dua bulan, setahun-dua tahun tapi bahkan kadang seumur-umur, juga kagumnya walau dengan susah paya, peras-keringat banting-tulang, banyak "makan uang" dan "makan hati" orang tua tetap saja punya sayang.
" Nak.., cung.., kalau nanti ibu atau bapak meninggal kirimin Fatihah ya…" Ini kata-kata yang sering didengar dari orang tua kepada anaknya. Selaras dengan sabda Nabi yang dapat disimpulkan bahawa termasuk dari yang masih bisa diharapkan ketika nanti seseorang telah meninggal dunia adalah anak shalih yang mendoakan orang tuanya. Mungkin sebab inilah kesabaran dan ketulusan hati selalu terpancar dari sosok orang tua kepada anaknya.

Wahai anak-anak muslimin..!
Sepintas memang tidak masuk akal jika orang tua mengorbankan itu-ini demi anaknya yang sepintas juga kadang tidak mendatangkan keuntungan yang sesuai. Saat di dalam kandungan rasa tidak enak yang cukup lama, sembilan bulan begitulah kaprahnya. Melahirkan mendatangkan rasa sakit yang teramat, dan setelah terlahir pun membawa tanggung jawab serta kerepotan yang sangat. Sebenarnya apa yang orang tua harapkan? “Sekedar Fatihah”, itu saja. Teramat murah balasan yang diharapkan. Bagaimana tidak? Siang malam harus menjaga, merawat dan mengusahakan apa yang dibutuhkan anak, menyusui, memandikan, mengayun bahkan merelakan tangan yang lembut nan bersih itu untuk (maaf) mencebokinya.

Wahai anak-anak muslimin..!
Bukankah dimata dunia lebih baik mengurus orang lain dengan gaji yang cukup besar dari pada mengurus anak sendiri tanpa bayaran sepeserpun? Bukankah lebih baik dijadikan modal usaha agar hidup tidak terlunta-lunta dari pada dijadikan biaya pendidikan anak yang tak tentu dapat memperbaiki kebutuhan ekonomi rumah tangga? Dan bukankah lebih baik memikirkan urusan-urusan bisnis atau apalah dari pada memikirkan urusan masa depan anak yang keuntungannya akan didapat oleh anak itu sendiri? Coba pikirkan, berapa banyak isi kantong yang terkuras hanya karena untuk membiayai pendidikan anak, sedang orang tua terkadang sehari-hari harus makan nasi dan sambal terasi. Berapa banyak waktu dan pikiran yang terkuras untuk memikirkan semua kebaikan anak nanti, sedang orang tua terkadang tak sempat untuk mungurus dirinya sendiri hingga kadang lupa untuk merias diri. Berapa banyak upaya tenaga yang dikeluarkan demi kesuksesan anak, sedang orang tua terkadang harus berjemur seharian di pasar, di laut atau di sawah tak ambil pusing tentang dirinya yang penting anak bahagia. Sungguh teramat murah hanya sekedar Fatihah itu saja yang dimintanya.

Wahai anak-anak muslimin..!
Sangat tidak pantas jika kita masih neko-neko, masih itu-ini terhadap orang tua hanya karena ada sedikit hal yang kurang atau tidak cocok bagi kita dari mereka, lalu beranggapan mereka tak pengertian, tak perhatian, tak sayang dan tak, tak yang lainnya. Sangat tak tahu diuntung jika kita masih terus menuntut dan menuntut dari mereka karena merasa ada hak kita yang tidak mereka penuhi lalu beranggapan mereka hanya mementingkan diri sendiri, hanya semaunya sendiri, hanya mau menang sendiri dan hanya, hanya yang lainnya. Bertanyalah..! Apa yang pernah kita berikan pada mereka? Pernahkah mereka meminta balas jasa, Vespa apalagi Avanza? Bayangkanlah..! Andai saja mereka meminta dari kita balasan yang setimpal atas apa yang telah mereka berikan, maka apa kiranya yang akan kita balaskan?

Wahai anak-anak muslimin..!
Jangan pernah berpikir karena kita telah memberikan biaya makan-minum dihari tua mereka kita telah menebus suapan-suapan dari tangan lembut mereka. Kalau ini benar, cukupkah semua itu untuk menebus tetes-tetes air susu diwaktu kecil dulu yang kini telah menjadi darah-daging dan masih terus mengalir ditubuh kita yang kini telah menjadi konglomerat? Jangan karena kita telah memberikan bimbingan atas sedikit kekurangan-kekurangan ilmu pengetahuan mereka dihari tuanya kita merasa telah membalas jasa-jasa mereka. Kalau benar, cukupkah semua itu untuk membalas Alif, Ba', Ta', A, I, U, Ba, Bi, Bu, dan Bismillah yang kini menjadi akar pada ilmu pengetahuan kita yang kini telah menjadi Prof., Dr., Ir. atau apa sajalah gelarnya? Jangan karena kita telah memberikan sedikit waktu luang untuk perhatian atau kasih sayang kepada mereka dihari tuanya kita merasa telah membayar waktu-waktu yang telah mereka luangkan untuk kita. Kalau benar, cukupkah semua itu untuk melunasi kasih sayang, buayan, sentuhan-sentuhan halus nan lembut saat dulu kita tak tahu entah karena apa menagis oek.., oek.., oek.., yang hingga kini masih terasa hangat pada kita yang telah menjadi tampan nan gagah, cantik nan jelita? Tidak, sungguh… Apa yang telah mereka berikan kepada kita tak akan pernah mampu kita balas. Apalagi cuma dengan materi, pengetahuan dan perhatian, dengan seluruh yang kita punya tak cukup untuk membalasnya, bahkan mungkin dengan jasad, daging dan tulang-belulang serta nyawa kita sekalipun takkan cukup.

Wahai anak-anak muslimin..!
Berusahalah kita untuk menjadi anak yang lembut, nurut-manut dan pandai tersenyum manis kepada orang tua, tak usah menunggu mereka tiada tapi mulailah dari sekarang. Jangan mencoba untuk melunasi apa yang telah mereka berikan karena itu tidak mungkin. Berusahalah untuk selalu menjadi anak yang dapat dibanggakan, baik, berbakti dan berbudi pekerti, atau paling tidak menjadi anak yang tidak membuat sakit hati orang tua, sebab mereka tak meminta imbalan apa-apa, tulus murni dari rasa kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Kalau pun ada yang mereka minta itupun mungkin hanya sekedar Fatihah saja nanti kala mereka tiada. Ya…Begitulah pinta yang biasa orang tua ucapkan kepada anak-anaknya.
" Nak.., cung.., kalau nanti ibu atau bapak meninggal kirimin Fatihah ya.."
“Waladun shalihun yad'u lahu”

Ibu ...
Bapak ...
Kini aku mengerti
Mengapa kau tukar petak sawahmu dengan
Alif dan Bismillah-ku
Kau ingin akau menjadi ladang sepanjang masamu
Biar esok engkau, embah dan saudaraku dapat nikamati panenku

DOAKU
Purnama kau harapkan bersamaku
Tak ingin terlihat sinar suram
Karena esok aku kan berlayar...

Malam kian larut
Kau tak jua pejamkan mata
Siang terik mentari
Kau tak jua berteduh sejenak
Aku dan aku yang ada padamu
Pandanganmu aku
Mimpimu aku
Anganmu jua aku

Ya Rabb...
Jika aku harapannya
Kabulkanlah...
Bila aku mimpinya
Jangan bangunkan ia
Dan andai aku angannya
Mohon jadikan kenyataan
Ya Rabb...Amin...

TERIMA KASIH UNTUKMU
Sebelum ada sesuatu yang terungkap
Sebelum ada sesuatu yang terucap
”Terima kasihku untukmu”
Saat jemari mengukir tinta
Saat mulut membaca kata
Tirai hati terbuka mengenang akan masa
Terkadang butiran air mata jatuh karenamu
Mutiara telah kau berikan padaku
Walau aku bukan apamu
”Terima kasih” tulus murni...
Hingga terima kasih pun tak kau harapkan
Senyummu selalu iringi cerahnya mentariku dipagi hari
Perasaan kau korbankan walau terkadang kumenabur duri
Kesalmu tak kau hiraukan karena tak ingin malamku tertutup awan hitam
”Terima kasih” belas kasih...
Hingga kini kau tak pernah berhenti
Bibirmu selalu basah bergetar untukku dimalam sunyi-sepi
Sedang aku lelap dalam mimpi-mimpi
”Terima kasih”
Hanya kata ini yang dapat kupersembahkan lewat getar kalbuku untukmu
Karena aku hanya punya yang kan jadi santapan cacing tanah
Setelah semua terungkap
Setelah semua terucap
”Mohon maafku kepadamu”

ENTAH ATAS DASAR APA
Entah atas dasar apa mereka berkata Engkau tidak esa
Sedang mereka mengaku hamba sahaya-Mu
Lalu hamba siapa mereka?

Entah atas dasar apa mereka berkata Engkau tak abadi
Sedang mereka percaya mati mereka ditangan-Mu
Lalu mati-Mu ditangan siapa?

Entah atas dasar apa mereka berkata Engkau beranak
Sedang yang mereka anggap anak-Mu menyembah-Mu
Lalu anak yang mana yang mereka kata anak-Mu?

Entah atas dasar apa mereka berkata Engkau dilahirkan
Sedang mereka bersaksi Engkaulah tuhan
Lalu mengapa mereka menyembah-Mu, bukan yang melahirkan-Mu?

Entah atas dasar apa mereka berkata ada yang serupa dengan-Mu
Sedang mereka bertanya-tanya tentang-Mu
Lalu siapakah yang serupa dengan-Mu?

Entah atas dasar apa...
Karena sesungguhnya Engkau tak seperti itu

Expus...
Subhanallah, Mahasuci Allah dari semua anggapan, dugaan, atau apa sajalah namanya semua yang terbersit dibenak manusia tentang bentuk dzat Allah. Subhanallah, Mahasuci Allah dari semua pendapat, pemikiran atau apa sajalah argumennya semua yang ada di otak manusia tentang kekurangan sifat-sifat Allah yang Mahasempurna.
Manusia super bodoh, inilah yang tepat untuk memberi "gelar" jika manusia ingin mengkritisi dan mencari-cari kekurangan Allah yang akhirnya hanya melahirkan pemikiran-pemikiran dan pernyataan-pernyataan yang juga super bodoh.
Bayangkan, ketika manusia super bodoh menyatakan bahwa Allah tidak esa disaat mereka mengakui predikat mereka sebagai hamba, maka sebenarnya hamba siapa mereka? Yang harus mereka sembah yang mana? Dan terhadap yang mana mereka persembahkan sebenarnya pengabdian yang sepenuhnya? Terhadap semuanya? Ini tidak mungkin, mereka hanya punya satu hati dan satu raga, kalaupun mereka beranggapan bahwa mereka mempersembahkan terhadap semuanya, inipun bohong. Karena dengan ini mereka telah merusak ketuhanan sebagai dzat yang wajib disembah seutuhnya, sebab mereka telah membagi persembahan mereka terhadap yang lain. Jika ini yang terjadi maka semuanya memiliki sifat kekurangan sebab hanya menerima persembahan yang setengah-setengah. Lalu, jika semuanya memiliki sifat kekurangan apa bedanya dengan manusia? Dan mengapa musti disembah? Subhanallah, Mahasuci Allah dzat yang Esa.
Pikirkan, ketika manusia super bodoh berpikiran bahwa Allah tak abadi disaat mereka meyakini bahwa semua kematian termasuk kematian mereka berada dikekuasaan Tuhan, maka kematian Tuhan ditangan siapa? Lucu, jika yang memiliki kekuasaan untuk mematikan ternyata mati juga, lalu kalau tuhannya mati duluan siapa nantinya yang akan mematikan manusia-manusia yang ada? Sangat konyol, sangat tidak masuk akal dan tidak rasional, mungkin hanya orang-orang yang berpikir dengan super akal dan tidak normal yang akan menerima dan juga akan berpikiran demikian, sehingga tidak bisa membedakan yang benar dan yang tidak, yang masuk akal dan yang tidak. Subhanallah Mahasuci Allah dzat yang kekal abadi.
Perhatikan, ketika manusia super bodoh menyatakan bahwa Allah beranak disaat mereka tahu bahwa beranak adalah sebuah karunia Tuhan, lah lantas yang mengaruniai Tuhan anak? Katanya Isa yang dianggap anak Tuhan, mungkinkah ini dikarenakan Isa terlahir hanya dengan seorang ibu tanpa seorang bapak? Jika ini alasannya mengapa bukan Adam atau Hawa? Lah, keduanya ada tanpa seorang ibu dan seorang bapak? Dan juga bukankah Isa yang mereka anggap anak Tuhan telah bersaksi ketika ia ditanya oleh Tuhan apakah ia berkata pada manusia untuk menjadikan ia dan ibunya sebagai tuhan bahwa Mahasuci Allah, ia tidak pernah berkata terhadap sesuatu yang tidak haq. Juga disaat orang-orang kafir bani israil beranggapan bahwa ia adalah anak Tuhan, ia berkata sembahlah Allah Tuhanku sekaligus Tuhan kalian jangan pernah menyekutukan-Nya, dan barang siapa yang menyekutukan-Nya maka Allah benar-benar mengharamkan surga dan melemparkannya ke dalam neraka. Jelas sudah bahwa anggapan mereka cuma mengada-ada, lah wong yang mereka anggap anak Tuhan tidak pernah mengakui dan membenarkan pernyataan itu. Jika demikian, anak yang mana yang mereka anggap anak Tuhan? Subhanallah Mahasuci Allah dzat yang tidak beranak-pianak.
Renungkan, ketika manusia super bodoh beranggapan bahwa Allah dilahirkan disaat mereka menyembah-Nya, maka mengapa Ia yang mereka sembah, bukan yang melahirkan-Nya saja? Kalau begini keadaannya, bukankah yang melahirkan-Nya lebih berhak untuk disembah? Ada-ada saja, mereka beranggapan ada istilah tuhan bapak, tuhan ibu, dan tuhan anak, benar-benar parah.!! Mereka tahu bahwa runtutan beranak-pianak harusnya tidak dimulai dari bapak, karena sebelum bapak pasti ada kakek, sebelum kakek ada eyang dan begitu seterusnya, mestinya istilah-istilah mereka juga tidak dimulai dari bapak, mestinya harus ada tuhan kakek, tuhan eyang, tuhan bapaknya eyang, tuhan bapaknya bapaknya eyang dan seterusnya donk..! Dengan ini saja mungkin sudah cukup untuk mengecap mereka sebagai manusia super bodoh yang hanya bisa mengeluarkan pernyataan-pernyataan ngawur ngalor-ngidhul yang sangat tidak benar dan ngelantur. Subhanallah Mahasuci Allah dzat yang berdiri sendiri.
Pikirkan, perhatikan dan renungkan, ketika manusia super bodoh berkata bahwa ada yang serupa dengan Allah disaat mereka bertanya-tanya tentang Tuhan, maka siapa yang serupa dengan-Nya? Bukan hanya lucu..! Jika mereka yang tidak tahu apa-apa dan masih bertanya-tanya tapi malah mengeluarkan pernyataan tentang apa yang tidak mereka tahu. Siapa yang bisa menerima jika ada orang buta menjelaskan bahwa kuning seperti ini, merah seperti ini, dan biru seperti itu? Tidak ada, mungkin hanya orang-orang yang juga buta yang bisa menerimanya. Siapa yang dapat membenarkan jika ada orang yang tersesat di hutan menjelaskan bahwa jalan keluarnya adalah disini atau disitu? Tidak ada, mungkin hanya orang-orang yang juga tersesat yang dapat membenarkan. Dan siapa juga yang akan meng-iyakan jika ada seorang di tengah lautan yang tak tahu arah berkata bahwa arah barat kesana, arah timur kesini dan arah selatan kesitu? Juga tidak ada, mungkin hanya orang-orang yang juga sama-sama tak tahu arah yang akan meng-iyakannya.
Dasar manusia super bodoh, selalu ingin menciptakan sensasi walau dirinya bodoh tapi tetap saja ingin disebut super, maka tak salah jika jadinya super bodoh. Subhanallah Mahasuci Allah dzat yang mukhalafatu lil hawadits.



MUNAJAT
Maafkan aku Tuhan...
Andai aku bersuara dalam kebisuan
Andai aku diam sedang dihatiku terlantun sejuta kata

Maafkan aku Tuhan...
Jika aku berpaling saat jasadku menghadap-Mu
Jika aku meminta pada mereka setelah aku mengadu pada-Mu

Maafkan aku Tuhan...
Bila yang ada hanya ragaku saat aku menyembah
Bila yang ada hanya putaran-putaran tasbih saat aku memuji

Maafkan aku Tuhan...
Jikalau ilmu yang Kau berikan hanya ku jadikan hiasan
Jikalau rizki-Mu hanya ku jadikan kesombongan

Maafkan aku Tuhan...
Saat aku merasa resah dan gelisah
Sedang aku tahu Kau telah mengatur segalanya
Saat aku merasa diriku sendiri
Sedang aku tahu Kau ada

Maafkan aku Tuhan...
Andai karunia-Mu tak ku rasakan saat aku bersuka
Andai ku tanyakan kasih sayang-Mu saat aku berduka

Maafkan aku Tuhan...
Andai janji-janji-Mu kuragukan sedang aku membenarkan
Andai kesucian tetap aku rasakan dengan dosa selautan

Maafkan aku tuhan...
Andai terbersit Kau pilih kasih saat ada yang tak ku miliki
Andai terlintas Kau egois saat keadaan tak seperti yang ku kehendaki

Maafkan aku Tuhan...
Saat ku tahu aku bersalah namun ku terus terlena
Saat ku tahu aku hamba sahaya namun ku tak tundukkan kepala

Maafkan aku Tuhan...
Aku tahu kata maafku ini tak cukup tuk menghapus semua,
Karena ku harus berubah



KARENA AKU HAMBA-MU
Wahai Tuhan...
Kau suruh aku saksikan ketuhanan-Mu
Namun penyaksianku tak merubah ketuhanan-Mu
Tak lain karena aku hamba-Mu
Wahai yang Maha Esa...
Kau suruh aku akui ke-esaan-Mu
Namun bukan pengakuanku yang meng-esakan-Mu
Tak lain karena aku hamba-Mu
Wahai yang Maha Agung...
Kau suruh aku mengagungkan-Mu
Namun penghormatanku tak menambah keagungan-Mu
Tak lain karena aku hamba-Mu
Wahai yang Maha Kuasa...
Kau suruh aku mentaati-Mu
Namun sembah-sujudku tak menambah kekuasaan-Mu
Tak lain karena aku hamba-Mu
Wahai yang Maha Berkehendak...
Kau suruh aku mengadu pada-Mu
Namun pengaduanku tak merubah kehendak-Mu
Tak lain karena aku hamba-Mu
Wahai yang Maha Sempurna...
Kau suruh dan suruh aku...
Namun sesungguhnya tak ada yang kurang pada-Mu
Tak lain karena aku hamba-Mu



TAK PANTAS KUTAGIH SURGA-MU
Tak pantas ku tagih surga-Mu
Saat seteguk air ku lepaskan dahaga saudaraku
Karena mata airnya milik-Mu
Tak pantas ku tagih surga-Mu
Saat langkah-langkahku di jalan-Mu
Karena kedua telapak kakinya milik-Mu
Tak pantas ku tagih surga-Mu
Saat peluh terkucur untuk ayat-ayat-Mu
Karena tubuhnya milik-Mu
Tak pantas ku tagih surga-Mu
Saat dzikir-dzikir bisikkan keagungan-Mu
Karena lisannya milik-Mu
Tak pantas ku tagih surga-Mu
Saat sembah-sujudku kepada-Mu
Karena keningnya milik-Mu
Tak pantas ku tagih surga-Mu
Saat rindu dan cintaku hanya pada-Mu
Karena hatinya milik-Mu
Tak pantas ku tagih surga-Mu
Saat darahku mengalir melawan musuh-Mu
Karena darahnya milik-Mu
Tak pantas ku tagih surga-Mu
Saat nafas terakhir terhebus demi kalimat-Mu
Karena nyawanya milik-Mu
Tak pantas ku tagih surga-Mu
Karena aku dan surga-Mu milik-Mu



CINTA MATI
Disetiap tatap mataku kulihat kamu
Langkah kakiku karenamu
Bila aku mendengar ku tak mau mendengar selain tentangmu
Sampai denyut nadipun melafadzkan namamu

Aku jatuh cinta padamu
Kau pujaan hati, ku ingin kasih sayangmu
Walau seluruh alam ku telusuri...
Tak kan ku temukan pujaan sepertimu

Tak banyak yang cinta padamu
Karena mereka tak pernah melihatmu, memikirkanmu
Tapi sungguh, aku tergila-gila padamu
Karena memang setiap hidupku dan jua mereka pasti karenamu

Ku tak mau sedikitpun ku lupa padamu sebab mereka
Sebab air mataku kan jadi telaga
Bukan ku tak peduli mereka tapi hatiku takut mendua
Hatiku tak ingin berisikan nama selain namamu

Andai melompat ke jurang curam tuk dapatkan cintamu,
ku kan melompat
Ini bukan permainan lidah
Meski kata mereka tak ada cinta mati

Biarlah mereka berkata apa tentangku
Biarlah mereka mencemooh kagilaanku
Karena mungkin mereka lebih gila dariku
Aku kan terus mencintaimu
Hingga aku dapat selalu bersama cintamu



SEJATI
Jika ingat akanmu aku menangis
Ketika lupa akanmu diriku menjerit
Karena kau selalu ingat aku
Sebab kau tak pernah lupakan aku
Tetapi aku sering ingat mereka..!
Padahal mereka tak hiraukan aku
Aku puja mereka..!
Sedang ku kerap terhina karenanya
Mengapa..?
Cintamu melebihi luasnya samudera
Tak seperti cinta mereka
Kasih sayangmu mengiringi perjalananku
Tak seperti kasih sayang mereka itu
Tapi apa yang telah aku lakukan..?
Apa yang telah ku persembahkan..?
Tak ada..!
Yang ku lakukan karenamu itu untukku
Yang kulakukan demimu juga buatku



"ALLAHUMMA SHALLI ALA MUHAMMAD"
"Allahumma shalli ala Muhammad"
Ku kirim rangkaian kata-kata ini lewat penaku
Dari kertas putih yang dulu penuh bercak
Dari aksara-aksara yang kini penuh makna

"Allahumma shalli ala Muhammad ya Nabiyallah"
Ku kirim rangkaian kata-kata ini lewat penaku
Dari bumi yang dulu panas terbakar
Dari langit yang dulu senyumnya pernah pudar

"Allahumma shalli ala Muhammad ya Rasulallah"
Ku kirim rangkaian kata-kata ini lewat penaku
Dari sahabat dan syuhada' yang dapatkan jaminan
Dari shalihin dan 'alimin yang dapatkan kemulyaan

"Allahumma shalli ala Muhammad ya Habiballah"
Ku kirim rangkaian kata-kata ini lewat penaku
Dari embah dan ibu-bapakku yang ikut rasakan iman
Dari aku dan semua muslimin yang dapatkan warisan

"Ya Allah hamba berharap ini adalah kiriman shlawat hamba kepada baginda Muhammad ibnu Abdillah kekasih-Mu"



TAK USAH SAKITI DIRIMU
Jika yang menari-nari bukan milikmu
Tak usah sakiti dirimu
Jika setangkai cempaka yang kau miliki
Tak usah menderita oleh mawar mewangi

Coba bercanda dengan nurani
Ia selalu menjerit
Ia selalu menangis
Tersiksa ketika kau ingin jadi mereka

Berteman dengan ikan di pantai
Yang tak ingin duduk di istana megah
Tak ingin sayap burung-burung kasturi
Damai bersama lautan tempat ia bermimpi
Tak usah sakiti dirimu

Expus…
“ Tak usah sakiti dirimu…”
Ya…, mungkin benar kata bait puisi ini, tak usah sakiti diri kita dengan sesuatu yang bukan milik kita, karena terkadang kita terbawa angan, terkadang kita selalu ingin memiliki dan terkadang kita merasa iri dengan apa yang orang lain miliki.
Wahai teman marilah merenung sejenak…!
Memang tak dapat dipungkiri bahwa rasa ketidak puasan adalah manusiawi, namun juga harus disadari kita juga hanya manusia yang juga tidak akan pernah sempurna. Kita tidak akan pernah menjadi yang terpandai karena pasti ada yang lebih dan Tuhan Maha tahu. Kita tidak akan pernah menjadi yang terkaya karena pasti ada yang lebih dan Tuhan Maha kaya. Kita tidak akan pernah menjadi yang terindah karena pasti ada yang lebih dan Tuhan Maha indah.
Wahai kawan marilah berpikir sejenak..!
Mengapa kita harus nelongso saat tetangga punya mobil mewah jika yang kita miliki hanya sepeda ontel ? Mangapa kita harus pilu saat Fahri mendapatkan Aisyah dan Mariya jika yang kita punya hanya Nur Hasanah ? Mengapa kita harus sedih saat orang lain makan KFC di restoran jika yang kita bisa hanya sebungkus nasi di warung lesehan ? Ini semua hanya akan menyiksa batin, merusak hati dan membuat kurus kering badan.
Tidak salah jika kita berangan-angan, juga tidak salah jika kita berkeinginan, namun jangan pernah memaksakan kehendak untuk memastikan semua itu menjadi kenyataan. Bercita-citalah…! Berkeinginanlah...! Dan berusahalah…! Tapi jangan berusaha untuk melawan atau merubah takdir yang Maha Kuasa, karena semua itu tiada guna hanya membuang-buang energy dan waktu saja. Hanya akan merusak pikiran, perasaan atau bahkan tulang badan. Ulama’ bijak berkata “sawabiqul himam la tukhriqu asraral aqdar” keinginan tidak akan bias merubah keadaan atau takdir Tuhan. Maaf.., bukan berarti saya mengajak kawan-kawan untuk menjadi manusia yang "pasrah" terkesan seperti "boneka" lemah tanpa rasa dan cita-cita. Jadilah manusia yang "tahan banting", "pantang mundur" yang nantinya menjadi "sang penakluk", hanya saja saya ingin mengajak agar kita tidak menjadikan kehidupan ibarat kendaraan dan kitalah sopirnya atau ibarat televisi dan kitalah yang memegang remotenya, cukupalah kita berangan serta berusaha selebihnya bukan hak dan atas kuasa kita.
Wahai ikhwan marilah menunduk sejenak..!
Lapangkan dada berusaha untuk menerima apa adanya, yang kita punya itulah milik kita dan yang akan kita punya tak akan lari kemana, tetaplah tersenyum tak perlu menangis oleh "mimpi-mimpi" apalagi "mimpi indah", "mimpi buruk" sekalipun tetapalah berusaha tuk tersenyum. Hidup di dunia tak usah dibuat susah, resah dan gelisah, hadapi saja, semuanya insya Allah akan baik-baik saja. Tak perlu menyiksa diri, tak usah "makan hati" karena semuanya telah diatur oleh sang Ilahi. Bukankah kita dan semua tindak-tanduk kita adalah ciptaan Tuhan? Tak perlu menjadi orang lain karena kita hanya akan bisa menjadi diri kita sendiri, toh ujung-ujungnya kita semua juga sama hanya akan terbungkus kain kafan tanpa manik-manik apalagi berlian, kembali kelahad tanpa cahaya lampu penerang, istri cantik dan mobil mewah, semuanya sama nanti di hadapan-Nya, yang membedakan hanya kualitas iman dan taqwa kita saja.
Bertemanlah dengan ikan di pantai...,
Yang tak ingin duduk di istana megah,
Tak ingin sayap burung-burung kasturi,
Damai bersama lautan tempat ia bermimpi,
Tak usah sakiti dirimu...



KU DENGAR
Ku dengar...
Kata orang dunia sebuah perjalanan
Maka jalan mana yang terus lurus
Sedang shirotpun datar, naik dan turun
Lalu mengapa harus berduka
Bila mesti lewati banyak gunung
Andai harus lalui panasnya gurun
Jika itu jalan tuk kesana...

Ku dengar jua...
Katanya dunia adalah persinggahan
Maka persinggahan mana yang selamanya
Nyatanya duniapun kan musnah, binasa
Lalu mengapa harus terlarut resah, gelisah
Terbuai canda, tawa
Kala keadaan tak sehasrat hati
Ketika keindahan harus pergi
Saat kebahagiaan mengisi hari
Sedang kecewa, canda dan tawa jua tak abadi
Karena nanti resah itu kan tiada
Sebab esok senyum itu kan segera tiba

Expus…
"Hidup adalah perjalanan" Benar..!
" Hidup adalah persinggahan" Juga benar..!
Jika hidup adalah perjalanan maka dibutuhkan ketegaran, kebugaran dan keberanian, sebab tak ada jalan yang selamanya datar lurus-mulus tanpa halangan dan rintangan.

Wahai kawan…!
Saat kita berjalan dan merasa lesu atau tersandung batu tak perlu mengadu menggerutu karena itu adalah resiko. Saat perjalanan yang kita tempuh ternyata begitu jauh atau begitu rumit berlika-liku tak usah putus asa karena itu haya sementara, akan berakhir saat kita sampai ditujuan, juga tak perlu takut saat kita hendak berjalan karena jalan yang nampak pada kita belum tentu seterusnya sama seperti yang kita lihat.
Wahai teman..!
Optimis..! Mungkin inilah yang dimaksudkan dari sebagian bait-bait puisi ini. Tidak munafik, saat kita dihadapkan pada suatu kesulitan hidup, keluh-kesah dan pesimis sering hadir pada diri kita karena seperti biasa ini adalah manusiawi. Namun kita juga harus sadar bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. So, optimislah..!! Karena ini hanya sebuah perjalanan yang pasti akan berakhir ketika sampai ditujuan. Anggaplah semua bentuk keadaan yang kita rasakan merupakan "bumbu" serta pengalaman hidup karena keindahan tidak akan pernah terasa tanpa adanya penderitaan, begitu juga sebaliknya. Bukankah rasa mantepnya kopi-susu itu tercipta dari perpaduan antara manisnya gula, lemaknya susu dan pahitnya kopi dan hangatnya air panas?

Wahai sahabat..!
Bukanlah pelari tangguh namanya jika seseorang bisa berlari di jalan yang datar lurus-mulus, karena banyak orang yang bisa melakukannya. Bukanlah pelajar hebat namanya jika seseorang bisa menyelesaikan berbagai macam pendidikan dengan biaya yang sudah tersedia tanpa harus bersusah paya, karena banyak orang yang bisa mencapainya. Juga bukanlah milyarder sukses namanya jika seseorang mempunyai banyak uang yang diperoleh dari warisan orang tuanya atau cuma berpangku tangan saja, karena juga akan banyak orang yang bias mencapainya. Tapi mereka yang dapat menghadapi halangan dan rintangan dalam menuju apa yang ingin mereka capai dengan berusaha, bergerak dan melangkah, bekerja keras, meski harus dengan susah-paya, banting tulang dan peras keringat dan pikiran itulah mereka orang-orang yang benar-benar tangguh, hebat dan sukses.

Wahai ikhwan..!
Jika hidup di dunia adalah persinggahan maka diharuskan adanya format serta penggunaan yang sebaik mungkin. Tidak perlu terbuai atau berlama-lama terbawa oleh keadaan dan perasaan yang kita temui baik duka maupun suka. Kalau boleh diibaratkan, saat kita merasakan kebahagiaan anggaplah kita sedang singgah di hotel mewah yang sarat akan fasilitas, dan patutkah kita berlama-lama terbawa atau bahkan bersorak-sorak kegirangan hingga lupa diri atas semua kesenangan yang kita rasakan disitu, toh itu cuma persinggahan yang sebentar lagi juga akan kita tinggalkan, kemabali ke tempat tinggal kita yang sebenarnya. Mungkin cukuplah kita bersyukur saja.
Dan, saat kita merasakan kesulitan atau kesengsaraan anggaplah kita sedang singgah di gubuk reot yang kumuh, banyak nyamuk kalau perlu bau busuk, namun perlukah kiranya kita terus-menerus menangis, mengeluh, mengadu, merintih-rintih menyesali nasib atau bahkan–na’udzu billahi min dzalika–memperotes Tuhan karena keadaan tidak menyenangkan atau tak seperti kehandak hati. Tidak, lah itu semua juga hanya sementara dan insya Allah menyimpan banyak hikmah, sekali lagi, kita akan kembali ketempat tinggal kita yang sebenarnya. Mungkin cukup berlapang dada, tetap berusaha tuk menerima, dan cepatlah bangun serta berdoa, berusaha untuk berpindah dari tempat persinggahan itu, sebab mungkin masih ada persinggahan lain yang juga bisa kita singgahi…
Sedang kecewa, canda dan tawa jua sementara
Sebab nanti resah itu kan tiada
Mungkin esok senyum itu kan segera tiba



KOEREKSI
Aku ingin coba untaikan persaan
Coba dengarkan…

Mengpa mesti katakan “nanti”
Jika sedang disaat ini
Sedang nanti tak tentu “nanti”

Kenapa hanya ucapkan “ingin”
Pabila tak sudih jalani “ingin”
Padahal ingin takkan ada dengan “ingin”

Jangan pernah ungkapkan “mengapa”
Jika memang tak pernah bertanya
Karena “mengapa” hanya ada dengan merasa
Untuk apa lantunkan “andaikan”
Bila “andaikan” hanya khayalan
Atau “andaikan” cumalah sebuah penesalan

Mungkin ini hanya suatu untaian
Coba renungkan…

Expus…
Hidup di alam maya terkadang memang seakan lebih indah dan mengasyikkan, semua yang diinginkan dapat terlaksana disana. Ya… Karena di alam maya bebas dari halangan dan rintangan, dan mungkin dari inilah kebanyakan manusia cenderung lebih suka bermain-main dengan rancangan-rancangan khayal mereka ketimbang menghadapi kenyataan yang ada.
Sebenarnya puisi ini terinspirasi dari kesenangan banyak manusia (termasuk penulis) yang suka berangan-angan, berandai-andai dan menunda-nunda atau bahasa "pondok"nya Thulul Amal.

Wahai kawan..!
Hidup di dunia dimana kita menginjakkan kaki dan menghembuskan nafas adalah alam nyata bukan maya, yang tentuya tak cukup dan tak bisa dijalani hanya dengan angan tapi butuh pengungkapan, tindakan yang berbentuk perbuatan karena angan tak akan dapat merubah keadaan.

Wahai kawan..!
Terkadang kita lupa bahwa seindah dan seasyik apapun khayal kita tetap saja itu khayalan, dan kita lupa bahwa membiarkan diri terus berjalan bersama khayal adalah racun dalam kehidupan kita. Bagaimana tidak, saat kita asyik bersama khayal sadarkah kita berapa banyak sebenarnya waktu yang terbuang, dan berapa banyak pekerjaan yang seharusnya kita lakukan malah terabaikan. Hidup di dunia hanya sekali dan pasti akan berakhir nanti, lalu bagaimana jika kita hanya terus berkata nanti, nanti dan nanti, andai, andai dan andai, mengapa, mengapa dan mengapa, sedang kita "mengejar" waktu dan tidak tahu kapan waktu yang kita punya berhenti. Tak salah jika ada orang bijak yang berkata bahwa orang yang demikian adalah orang yang beranggapan seakan-akan mati mereka terserah apa kata mereka,seakan mereka akan mati kapan mereka suka.

Wahai kawan..!
Mengapa kita harus katakan "nanti" jika kita sedang disaat ini? Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan pada saat ini karena esok atau nanti keadaan belum tentu sama seperti saat ini, dan itupun iya kalau kita masih ada nanti, kalau tidak, jangan salahkan siapa jika yang ada hanya kata "mengapa" sesaki ruang penyesalan.

Wahai kawan..!
Tak usah terus berandai-andai jika itu tak dapat kita ungkapkan, kita hidup hanya sebatas usaha karena sesungguhnya perjalanan kita telah diatur, al-insanu bittafkir wallahu bittaqdir. So, tak perlu kiranya kita berandai-andai jika akhirnya itu tak lebih dari sebuah khayalan apalagi penyesalan, atau merancang-rancang sedemikian rupa tentang kehidupan ini jika malah akhirnya mengabaikan yang nyata di depan mata, dan akhirnya waktu kita habis termakan oleh angan dan rancangan-rancangan kita yang maya.

Wahai kawan..!
Bangunlah, jangan terus bermimpi jalanilah dunia yang kini berada dihadapan kita. Lakukanlah apa yang bisa dikerjakan hari ini. Jangan pernah menunda, karena mungkin kesempatan yang hari ini kita tunda dan kita sia-siakan tidak akan pernah datang pada hari yang lain.
Yang lalu biarkanlah berlalu tak usah kau mengadu
Yang kini biarkanlah terjadi tak usah kau lari
Yang nanti biarkanlah dalam ketetapan tak usah kau sangsikan



SEBELAH MATA
Bukalah kedua mata…
Jangan hanya terus pandangi langit
Walau pelangi, bintang jua rembulan disana
Tanah tak serendah itu
Meski dapat kau injak tanpa kat

Cobalah menunduk…
Hamparan pasir dan kerikil yang setia menemani
Reranting dan dedaunan yang tulus menaungi

Pernahkah terpikirkan…
Kau kehausan karena panas mentari
Sedang kau lepaskan dahaga dengan seteguk air

Mengapa terus mendongak?
Selalu memuja bintang-bintang disana
Padahal kau diterangi sebatang lilin
Sedang kau di bawah
Berdiri di atas rumput yang tak mengeluh
Berteduh di bawah pepohonan yang tak pernah kau sapa
Jangan memandang sebelah mata…!

Expus…
Untuk memahami bahwa sesuatu itu berarti, berharga tidaklah mudah, makanya kita sering kebablasan sebab hanya dengan kesadaran hati itu akan didapat, dari itu juga tak jarang jika sesuatu yang berarti baru akan begitu terasa saat ia telah pergi.
Sebenarnya dengan puisi ini saya ingin mengambarkan sifat sebagian dari kita yang hanya selalu suka memuji-muji mereka yang berada "di atas" sehingga lupa bahwa kita terkadang berteduh di bawah rumah orang yang hanya beratapkan kasih sayang, melepaskan dahaga di sumur orang yang hanya bermata airkan pengertian. Namun tak tahu apakah gambaran saya lewat bait-bait dan expus ini pas atau tidak, namun yang jelas untuk memahami kita memang sering kebablasan.
"Jangan memandang sebelah mata", beginilah kata bait puisi ini, mengajak kita untuk tidak hanya terus memuji mereka orang-orang berada yang sesekali memberikan bantuan materi pada kita, sedang mereka orang-orang miskin yang hanya bisa menyumbangkan tenaga, pikiran atau hanya seucap doa dikesampingkan, sedang terkadang mereka sebenatnya tak punya banyak waktu untuk mereka sendiri dan keluarganya, hanya sebab kepedulian terhadap tetangga itu semua mereka berikan terhadap kita. Merekapun terkadang sebenarnya mungkin sedang berada dalam kegalauan dan keadaan yang tak kalah rumit-jlimetnya dari kita, malah bahkan lebih. Namun sebab ketulusan, tenggang rasa, dan rasa kasih sayang terhadap sesama mereka sempatkan diri untuk menghibur lara, gundah, resah dan gelisah kita. Mengapa terus mendongak? Selalu memuja bintang-bintang disana. Padahal kau diterangi sebatang lilin.
Wahai sahabat..!
Walau kita dapatkan kebahagiaan atau kesenangan yang kadang sulit untuk dilupakan dari seorang kekasih idaman hati, tak usah lupa terhadap sahabat dikarenakan ia hanya bisa menjadi pendamping dikala kita sedih, yang hanya dapat memberi motivasi saat kita "patah" dan kehilangan kendali. Tak mengertikah kita hanya sebab murninya persahabatan mereka rela berbagi walau sebenarnya mereka juga terkadang lagi sedih, sedang berjuang untuk temukan jati diri. Cobalah menunduk.. Hamparan pasir dan kerikil yang setia menemani. Ranting dan dedaunan yang tulus menaungi.
Wahai sahabat..!
Tak usah karena pak Prof., pak Dr. atau pak Ir. telah menyampaikan banyak ilmu pengetahuan yang akhirnya dapat mengantarkan kita mencapai bermacam prestasi, gelar dan jabatan lalu kita satukan semua penghormatan dan pujian, sementara pak “pengembala sapi” guru ngaji kita yang hanya bisa menyampaikan Alif, Ba', Ta' dan guru Tk yang hanya memberi tahu A, B, C, D kita abaikan sampai-sampai tak mendapatkan bagian sedikit penghormatan atau bahkan senyuman. Bukalah kedua mata..! Lihatlah mereka..! Siapa sebenarnya yang telah mengenalkan kunci sukses hidup di dunia kepada kita? Memang mungkin hanya sekedar Alif, Ba' Ta', tapi ingatlah tanpa ini dapatkah kita baca Allahu rabbuna la ilaha illa hua? Mungkin hanya sekedar A, B, C, D, tapi pernahkah terpikirkan tanpa ini kita bisa memahami sains-sains yang ada?
Bukalah kedua mata.. Jangan hanya terus pandangi langit. Walau pelangi, bintang, jua rembulan disana… Jangan memandang sebelah mata.



SEJENAK
Sejenak malam, sejenak siang
Sejenak muda, sejenak tua
Mengapa mereka bersedih
Patutkah mereka bersuka hati

Semua impian hanya penuh sejenak
Sejenak dan sejenak terus berganti
Apakah misteri dibalik sejenak?

Sungguh akupun sejenak
Merekapun jua sejenak
Tapi mengapa mereka berkorban demi sejenak?
Apakah sejenak masih berarti
Jika sejenak cuma memiliki yang sejenak

Oh.. Sejenak
Sungguh sejenakpun aku tak pernah tahu



KAN NYATA
Dimana aku harus berdiri
Mengajak kaki melangkah di jalan tak berduri
Kapan aku kan terjaga
Menatap bukan dalam mimpi
Aku tahu detak lonceng kan berhenti
Menyingkap tabir fatamorgana
Membuat penyesalan impian-impian maya
Dan, semua kan jadi nyata
Bukan hayalan
Buakan angan
Bukan bayang-bayang
Jua bukan bisik semilir angin malam



HANYA CERITA
Saat semua terucap...
Berakhir semua cerita
Cerita kisah aku dan jua mereka

Nanti, semua kan jadi nyata
Tinggal kisah dan kisah
Yang akan terus bersama

Pergilah..!
Berjalanlah..!
Biar semua berjalan
Aku tak mau kebohongan

Ego atau hatikah yang telah terungkap?
Bila nanti ditemukan sebuah jawaban
Sesal, senyum yang kan bersama
Dengan hati tak berkata

Aku akan tetap disini
Mencari suatu kepastian
Karena semua hanyalah cerita



RODA
Bahagia sekejap
Hilangkan gundah gulana
Iapun lenyap
Hadirkan resah dan gelisah
Tawaku pergi bersama tangis
Piluku tiada dalam senyuman

Berputar...
Dan semua sesuatu turut berputar
Aku ingin bahagia maka aku sengsara
Ku tak ingin berduka maka aku menderita
Tangis, tawa, suka dan duka milikku
Karena aku berputar bersama hidupku

"Jika kita sadar bahwa kita hidup
bersama waktu, dan waktu terus berputar
silih berganti maka kita jua harus sadar
bahwa keadaan yang akan kita jalani
tentunya jua akan berputar silih berganti "



MIMPI INDAH
Hampir saja aku berlari
Dengan selaksa duri dan belati
Lari jauh tuk sembunyi
Karena terus dikejar mimpi
Yach.., mimpi yang indah
Penuh senyum tebar pesona
Hingga aku tak kuasa diri

Namun saat ku terjaga diwaktu pagi
Ia menghilang tanpa risalah
Sampai mentari kan menutup wajah
Sungguh.., seakan ku selalu ingin tertidur
Tapi mengapa aku harus takut, pengecut?
Cuma mimpi indah bukan realita

" Mimpi tetaplah mimpi tak akan berubah jadi
kenyataan walaupun kau membuka kedua mata,
kenyataan tetaplah kenyataan takkan
berubah jadi hayalan meskipun kau pejamkan
mata, tutup telinga "



TERJATUH
Bukan digelap malam...
Aku terjatuh
Hanya kerikil bukan gundukan batu
Coba berlari dengan kencang...
Aku terjatuh
Bukan karang di lautan
Mungkin hanya pasir di pantai
Berdiri berjalan begitu pelan...
Akupun terjatuh
Bukan salah siapa, salahku



KEMARAU
Kemarau..
Mataku silau sebab mentari
Jasadku hampir mati
Kakiku terasa berat melangkah
Padahal didekat sana ruang sejuk penuh cahaya

Kemarau..
Aku kepanasan
Pikiranku runtuh
Hatiku kering gersang
Padahal semilir angin terus berhembus

Kemarau..
Aku tetap bertahan
Ku coba berjalan selangkah-dua langkah
Hingga mungkin diriku kan basah oleh derai hujan



BETAPA TIDAK
Berjalan aku menatap bintang
Air mataku menetes
Bulan sabit tertutup hitam kelam
Betapa tidak..
Cahayaku seberkas sinar suram
Sedang silau mentari telah aku rasakan

Coba duduk-duduk diam
Aku menjerit
Mahkotaku dimakan rayap-rayap
Betapa tidak..
Mutiara berkilau telah dititipkan
Tapi aku simpan di sumur kering berlumut

Terbang aku ke langit biru
Aku tertegun
Kakiku hanya tersandung kerikil
Betapa tidak..
Aku punya tongkat dan sayap
Namun aku menata rapi dipeti besi



SEKEDAR MENGHIBUR
Sebenarnya aku bukan mengharapkan hujan turun dikemarau
Karena aku tahu musim semi kan datang
Hanya sekedar menghibur saja

Sebenarnya aku memaksakan hari selalu terang
Sebab aku tahu malam kan tiba
Hanya sekedar menghibur saja

Sebenarnya aku bukan menginginkan jadi pendamping rembulan
Karena aku sadar pendampingnya adalah bintang
Hanya sekedar menghibur saja

Sebenarnya aku bukan berhasrat terbang bersama camar
Sebab aku sadar yang aku punya kaki bukan sayap
Hanya sekedar menghibur saja

Sebenarnya aku bukan mau melawan ketetapan
Karena aku yakin aku takkan dapat merubah
Hanya sekedar menghibur saja



TERENDAP
Ketika ku coba bersuara
Tapi penaku tak mampu mengukir bait
Aku menyelam...
Ternyata hatiku terendap di muara yang begitu dalam
Semuapun hitam kelam
Coba mengisi dengan tinta yang menetes dari awan
Ia kering oleh dekap mentari
Ingin menuang dengan sajak-sajak kenari
Ia pergi terbang jauh tinggi
Terdiam bersama pena yang jatuh
Menanti bisik-bisik angin lalu



ARUNGI DIRI
Jalani seisi mata
Melihat apa yang telah ku pandang
Coba telusuri telinga
Mencari apa yang telah ku dengar
Ku arungi laut lisanku
Dengarkan apa yang telah ia ucapkan
Pun, ku selami luasnya jiwaku
Bertanya apa yang telah dihasratkan

Hampa...
Tak ku temukan apa-apa
Mataku tak melihat
Telingaku tak mendengar
Mulutku tak pernah berkata
Jiwaku hanya bersulamkan benang kusut

Bangun.., bangun.., bangun...
Berdiri, lihatlah ke atas sana
Hei, bangun...
Hari sudah semakin sore
Mengapa tak jua siapkan pelita
Sedang malam tak lama lagi kan segera tiba



KUSUT
Jika ku berkata, aku tak tahu benar tidaknya
Saat ku memandang, aku buta tak tahu apa isinya
Aku telah melangkah...
Tapi ku tak menentukan arahnya

Banyak yang berkata
Hidupnya apa kata mereka
Sedang aku tak tahu siapa aku
Tak ku tentukan untuk siapa aku

Selama ini mengapa ku hidup karena mereka
Sedang aku meminta tak pernah mereka memberi
Dikala aku mengadu mereka tak pernah mendengar
Saat aku tersesat mereka tak menunjukkan

Aku ini bodoh...
Aku tahu tapi ku ikut mereka
Aku ini buta...
Kutahu ku harus kemana tapi ku masih
berbputar-putar

Betapa anehnya diriku
Benarkah yang terungkap selama ini?
Pantaskah dikata manusia?
Jawabnya masih kan ku cari sendiri



TAK KENAL
Berontakku kala matahari tundukkan aku
Senyumku saat semilir mengundang tawaku
Mengapa...
Aku tak mengenal siapa aku
Aku tak mengerti akan diriku

Angin yang ingin aku genggam
Rembulan yang ingin aku rangkul
Aku agung dengan tarian puja-puji
Aku muak dengan semua caci-maki

Pantas...
Jika mataku sinis
Jika hatiku egois
Jika jiwaku materialis



HANYA MANUSIA
Aku hanya manusia..
Untuk apa aku memujamu
Sedang pujaan tak pantas untuk dirimu
Pun untuk apa kau puja aku
Jika yang kau puja bukan diriku

Kaupun hanya manusia..
Jangan kau cela aku
Sebab kau kan tertunduk karena celamu
Mengapa pula ku harus mencelamu
Sedang yang tercela bukan cuma kau tapi jua aku

Kau dan aku hanya manusia..
" Andai tak mau saling memikirkan" tak mengapa
Tapi cobalah mengerti tentang kau, dia jua aku
Kan terjawab " kita hanya manusia"



AKU DAN CINTA
Ternyata salah…
Cinta tak seperti yang kutahu
Tak harus memiliki
Tak pernah dimiliki
Aku tahu saat cinta ada padaku
Saat cinta membakarku dengan kecemburuan
Saat cinta menghanyutku dalam kerinduan

Ternyata salah…
Cinta tak seperti teoriku
Tak perlu ketulusan
Tak butuh pengorbanan
Aku tahu saat cinta menyelimutiku
Saat cinta membawaku pada keikhlasan
Saat cinta meminta dariku pembuktian

Ternyata salah…
Cinta tak seperti hasratku
Tak butuh hati nurani, tapi amarah
Tak keindahan jiwa, tapi raga
Aku tahu saat cinta mempercayaiku
Saat cinta menguji kebijakanku
Saat cinta membiarkan aku semauku

Exkpus…
Dalam memaknai dan meng-ekspresikan cinta, lain orang lain bentuk dan maknanya. Ada yang bilang “cinta tak harus memiliki dan tak pernah dimiliki”, benarkah? Bisa benar juga bisa tidak, ditanya mengapa? Ya untuk cinta sejati mungkin ini benar, namun cinta sejati (kayaknya) jarang atau bahkan tidak ditemukan pada cinta yang objeknya lain jenis (pria/wanita) karena cinta sejati hanya kerap didapatkan pada mereka "para pencari Tuhan" yang memang benar-benar tulus ikhlas dengan cintanya meski tanpa balasan apalagi cuma tanpa jawaban. Nah, bagaimana dengan cinta kebanyakan para remaja sekarang? Benarkah ungkapan di atas? Jawabnya mungkin tidak, juga mau ditanya mengapa? Coba saja kita lihat mereka remaja para pencinta, yang merana ketika cinta mereka tak mendapat jawaban atau balasan, yang dirundung rindu saat sang pujaan hati jauh, dan sedih bahkan mungkin hampir bunuh diri ketika cintanya kandas di tengah jalan. Kenapa mereka harus cemburu ketika sang pujaan bersama orang lain? Dan kenapa harus sakit hati jika sang pujaan ternyata memilih orang lain? So, kalau benar, mengapa mereka harus merasa demikian, toh cinta mereka tetap ada bahkan mungkin bertambah. Ini menunjukkan bahwa mereka tak bisa untuk tidak memiliki dan dimiliki, mereka tak bisa cukup hanya dengan cinta, mereka masih butuh jawaban, balasan dan mungkin fisik sang pujaan. Kalaupun mereka mempunyai anggapan bahwa cinta tak harus memiliki dan tak pernah dimiliki dengan cinta mereka, itu mungkin kerena mereka "bertopeng" atau bisa saja karena kebanyakan membaca kisah-kisah petualangan cinta "para pencari Tuhan" yang mereka anggap sama dengan cinta mereka, padahal kalau mau jujur antara cinta "para pencari Tuhan" dan cinta mereka begitu jauh berbeda, yang terkadang mereka sendiripun tidak tahu apakah yang mereka rasakan itu adalah benar-benar cinta atau hanya sekedar normalnya manusiawi saja?
Juga ada yang bilang “cinta tak perlu ketulusan, tak butuh pengorbanan”, ini mungkin gaya pemaknaan cinta ala para "buaya darat" atau "bunga penggoda" yang cintanya bisa muncul kapan saja, dimana saja atau disetiap ada peluang, dan bisa hilang saat ada "barang baru" atau keadaan sudah tidak lagi mengasyikkan. Atau mungkin sebut sajalah cintanya "para pengobral cinta" yang cintanya ibarat "piala bergilir", namun juga perlu dipertanyakan benarkah yang sperti ini adalah cinta? Saya rasa bukan, coba saja lihat ketika mereka benar-benar menemukan dan merasakan cinta layaknya manusia "normal", masih bisakah mereka berpindah kelain hati? Tidak, se-"buaya darat" apapun, se-"bunga penggoda" apapun mereka pasti akan klepek-klepek, dan kalau ternyata mereka masih dengan gampang dapat berpindah kelain hati itu berarti yang mereka rasakan bukan cinta tapi tak lain hanya nafsu untuk menjadi "sang juara cinta" atau "sang pengoleksi cinta terbanyak".
Dan ada juga yang bilang “cinta tak butuh hati nurani, tapi amarah, tak perlu keindahan jiwa tapi raga”, dan ini mungkin kesalahan pemaknaan cinta yang paling parah, karena ini adalah ciri has "para pemangsa cinta pengumbar nafsu birahi", yang menganggap "lawan mainnya" tak lebih dari sebatang tebu, alias habis manis sepah dibuang. Model yang seperti ini tak pernah bermain dengan nuraninya, tak pernah bertanya apakah yang mereka lakukan atau rasakan keluar dari hati nurani atau tidak. Tak pernah ambil pusing apakah orang yang diinginkan mempunya kepribadian baik atau tidak, asal cocok dengan selera hajar boss..! Hantam saja..! Namun sekali lagi, saat hati mereka takluk klepek-klepek terketuk oleh orang yang benar-benar dicintai, dan saat orang yang dicintai mempercayakan dan memasrahkan penuh dirinya pada mereka akankah mereka "memangsa" dan mengumbar birahi mereka? Kalau ternyata mereka masih dapat melakukan hal tersebut maka lagi-lagi yang mereka rasakan bukan cinta, tapi tak lain hanya keinginan untuk memenuhi kepuasan (maaf..) seksual saja.
Wahai teman…!
Sangat sadar kalau sedikit komentar saya tentang cinta ini sangat mungkin salah atau terkesan ini-itu, karena memang saya bukan "dokter cinta" atau "petualang cinta", dan mungkin hingga saat ini saya belum pernah merasakan apa yang saya anggap itu cinta. Namun saya hanya ingin mengajak kawan-kawan untuk melihat kembali terhadap apa yang dirasakan, dianggap dan dikatakan, jangan semenah-menah mengatas namakan cinta tapi ternyata malah menodai cinta, jangan asal-asalan mengatas namakan perasaan ternyata malah tak berperasaan dan menyakiti perasaan, dan kalau memang yang kita rasakan adalah benar-benar cinta, okelah… Teruskan sesuai dengan batasan-batasan yang "ada" , dan jika ternyata bukan, untuk apa dipertahankan?



SAJAK DIJANUARI
Sajak dijanuariku mentari diselimuti malam
Sajak dijanuariku cuma remang gerhana bulan
Sajak dijanuariku bintang tertutup kelam

Tak terlintas, sajak dijanuariku kan menatap awang
Tak diharap, sajak dijanuariku teringkuk kenyataan
Tak terbayang, sajak dijanuariku album baru kekecewaan
Sebab kini sajak dijanuariku separuh jiwaku sunyi sepi
Sajak dijanuariku layukan bunga bersemi
Sajak dijanuariku cintaku telah pergi

Andai penantian tak cukup tuk sebuah bukti
Adakah lebih menjenuhkan dari menanti
Andai kesebaran bukan raut ketulusan
Adakah lebih melelahkan dari mengurung keinginan

Namun kini sajak dijanuariku hapus semua arti
Sajak dijanuariku hilangkan semua saksi
Sajak dijanuariku anggap itu tak mengetuk hati

Expus…
Cinta lagi, cinta lagi, makan tu cinta..! Dah dibilang jangan suka main-main dengan perasaan gak mau, malah bilang "Kalau udah cinta tai kucing rasa coklat", kalau udah gini, makan tu cinta..!
Yach… Cinta memang asik untuk diperbincangkan, baik suka-sukanya maupun duka-dukanya seakan tidak ada "basi-basi"-nya. Dan, cinta yang akhirnya bertepuk sebelah tangan atau cinta yang kandas di tengah jalan inilah yang mungkin tergambar dari bait-bait puisi ini.
Masalahnya, sang pujaan kini malah berpaling "ke lain badan" yang membuat keadaan hati menjadi suram, sedikit sedih, sedikit duka dan sedikit luka. Ya… Mau bagaimana lagi, karena memang cinta banyak "bumbu"nya, banyak lika-likunya. Kadang manis, kadang asin dan kadang pahit, kadang enak lurus-mulus, kadang naik-turun, kadang berbelok-belok lalu kadang berakhir di jalan buntu. Walaupun tekadang kita merasa telah memberikan semua yang terbaik, banyak perhatian dan kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan tak tahu berapa banyak pengorbanan masih saja kadang sang pujaan berpindah "ke lain tangan", dan tentunya ini membuat sedikit kekecewaan dan goresan di hati- iya nggak? Ya iya donk.., masak ya iyalah, ruja’an ae pakek kedondong mosok pakek ketela. Bagaimana tidak, jika penantian yang dulu kita lakukan ternyata kini juga tak cukup untuk menjadi sebuah bukti dari rasa yang kita miliki, jika kesabaran dalam menjalani semua keadaan saat bercinta kini ternyata tak cukup untuk menunjukkan sebuah ketulusan rasa yang kita punya dan ternyata apa yang telah kita berikan ternyata tak berarti apa-apa.
Keadaan seperti ini sangat tidak enak dirasa, bukan cuma pada hati tapi terkadang juga membuat kurus kering badan, dan bertambalah satu lagi album baru yang tidak menyenangkan yaitu album baru kekecewaan. Siapa yang harus disalahkan? Sang pujaan yang berpindah hati atau kita sendiri? Jawabnya mungkin begini: Sang pujaan tak dapat disalahkan walaupun sebenarnya kita telah memberikan yang terbaik, baik perhatian, ketulusan, pengorbanan atau apa sajalah, karena dia punya hati dan hati dapat berbolak-balik, atau karena dia punya "selera" dan kini sudah tidak selera lagi pada kita sebab dia punya "selera" lain, hanya saja mungkin dia bisa disebut kurang atau bahkan tidak berperassan. Atau kita yang harus disalahkan karena telah mencintainya? Juga tidak, karena kita manusia normal yang tentunya mempunyai rasa, hanya saja kita bisa dikata cuma siap dengan kebahagiaan tidak untuk kekecewaan. Lalu siapa? Ya.. Mereka yang hanya berani bermain-main dengan cinta namun tidak mau akan semua resiko dan lika-likunya. Sudah tahu cinta milik perasaan malah “dimainkan” tanpa perasaan hingga tidak ambil pusing tentang bagaimana perasaan orang lain, mestinya pakai perasaan donk..! Sudah tahu cinta berlika-liku kalau perluh banyak duri, tapi ternyata tidak siap dengan semua resikonya, mestinya harus siap donk dengan semua apa yang bakal terjadi nanti. Nah kalau sudah begini, makan tu cinta..! Iya nggak? Ya iya dech..., masak ya iyalah/donk, capek aja capek dech bukan capeklah/donk, gitu juga gitu dech, bukan gitulah/donk.

Wahai teman..!
Tak usah terlalu bersuka-suka dan berduka-duka sebab cinta, tak ada gunanya. Biarkanlah cinta itu berjalan, mengalir dengan seadanya serta lika-likunya. Tak usah berlarut-larut bersedih, tak usah berlama-lama kecewa, dan tak usah terpuruk dengan patah hati apalagi sampai mau gantung diri, karena jika memang benar yang kita rasa adalah cinta tentunya hanya akan dapat berjalan bersama dengan cinta yang lain. So, kalau ternyata sang pujaan berpindah hati mungkin itu bertanda cintanya bukan jodoh cinta kita. Dan mungkin jodoh cinta kita adalah cinta yang lain. Santai aja, cukup katakan dengan tetap tersenyum “makan tu cinta…!”



SELAMAT JALAN BINTANGKU
Selamat jalan bintangku..
Tak usah iba karena aku hanya akan menatapmu dari jauh
Tak usah resah karena esok kau kan pergi bersama siang
Bintangku..
Selamat jalan, ku titipkan hatiku padamu
Dan, biarkan ku jaga sepenggal hatimu
Bintangku..
Jika kau tanyakan ikhlaskah aku?, kan ku jawab belum
Hanya tak mungkin kan ku cegah hadirnya siang
Jika kau tanyakan adakah hasrat tuk bersamamu?,ku jawab iya
Cuma aku tak punya sayap tuk membawamu terbang bersamaku
Bintangku..
Selamat jalan, tetaplah bersinar terang
Dan, biarkan ku melihat langit tempatmu tersenyum
Bintangku..
Bila suatu hari nanti tak kau temukan aku disini,
bukan aku lari
Hanya tak ingin mereka mencaci-maki rasa ini
Kau tetap bintangku..
Selamat jalan bintangku..
Tataplah aku dari sana bersama hari-harimu
Dan, aku kan menantimu disini bersama hari-hariku
Jangan teteskan air mata, aku tak dapat mengusapnya
Tegarlah, agar aku jua tegar
Selamat jalan bintangku..

Expus…
Lain lagi dengan yang ini, sepasang kekasih yang sama-sama masih menyimpan rasa cinta yang dalam ternyata harus terpisah, entah karena orang tua, keadaan atau lainnya, entah dengan alasan yang rasional atau tidak, tapi yang jelas harus terpisah, berat memang namun inilah diantara lika-liku cinta.
Perpisahan, inilah yang ditakuti oleh banyak pencinta, namun ini jualah yang kadang akan menguji para pencinta itu, tuluskah ia dengan cintanya?
Saat perpisahan benar-benar terjadi ujianpun dimulai, apa yang ia akan rasakan nanti? Akankah cintanya akan tetap seperti dahulu, atau akan pudar kalau perlu berubah menjadi benci? Jika rasa itu tetap seperti semula maka benar ia tulus dengan cintanya, namun jika ternyata berubah apalagi menjadi benci maka dapat ditebak ia berbohong karena sebenarnya yang ia rasakan adalah ke-egoisan rasa ingin memiliki, dan ini jelas bahwa yang ia inginkan adalah fisik semata.
Pada bait-bait bagian depan puisi ini sedikit menggambarkan ketulusan pencinta, dengan jujur ia mengaku kalau dirinya belum ikhlas namun tetap menerima, sadar bahwa inilah kenyataannya. Ya.. Ia harus terpisah walau ia dan yang dicintanya tak pernah menginginkannya, dan tak ada yang harus disalahkan dengan hal ini.
Ujianpun berlanjut, seberapa dalam dan setiakah ia dengan cintanya? Akankah ia tukar cinta yang telah dituangkan oleh orang yang ia cinta dengan siraman cinta yang lain? Akankah lamanya penantian membuat ia bosan dan akhirnya cintanya pudar? Bila ternyata ia tidak menukar cinta itu dengan cinta yang lain maka dapat di”rumus”kan bahwa ia adalah sosok yang setia, sebab tak tepat untuk mengecap bahwa cinta itu begitu dalam jika ternyata dapat hilang dalam sekejap saja, juga tak pas untuk menyebut ia setia jika ternyata ia berpaling pada yang lain sedang ia tahu bahwa orang yang ia cinta dulu masih u menjaga cinta yang dulu pernah ia titipkan. Dengan ini bukankah ini sudah cukup untuk mengatakan ia seorang pengkhiyanat? Sebab ia dengan mudah berpaling, sedang orang yang dulu ia cintai terpaksa harus menjalani hari-harinya dengan orang lain tanpa rasa cinta dikarenakan cintanya telah ia berikan kepadanya.
Ujian masih terus berlanjut, bijakkah ia dengan cintanya, atau ia malah memaksakan kehendak? Jikalau ia tetap tegar dan tidak berusaha untuk mengejar orang (fisik) yang ia cinta maka tepat tindakan yang ia ambil, dan benar ia telah berbuat bijak dengan cintanya. Namun jika ternyata ia malah berusaha mati-matian mengejar apalagi merebut kembali orang yang ia cintai dulu maka tak salah bila ia disebut egois, memaksakan kehendak sedang realitanya orang yang ia cinta kini telah bersama orang lain yang mungkin juga sama-sama mencintainya. Dan bukankah tidak ada larangan bagi orang lain untuk mencintainya karena itu memang haknya, dan adakah peraturan bahwa orang yang ia cintai harus bersamanya? Tidak. Ia, orang yang dicinta, dan orang lain sama-sama mempunyai hak untuk memiliki rasa cinta, soal bisa bersama atau tidaknya itu takdir yang menentukan. So, tak mengapa mencinta, peliharalah ia, tak perlu membunuhnya biarkan ia berjalan dengan segitunya dan tak usah risau seperti apa nanti akhir ceritanya.
Bintangku.., Tataplah aku dari sana bersama hari-harimu
Dan, aku kan menantimu disini bersama hari-hariku,
Jangan teteskan air mata, aku tak dapat mengusapnya,
Tegarlah, agar aku jua tegar
Selamat jalan bintangku..



TO: SAHABAT
Tak terasa anganpun terus terbang
Bukan gundah jua bukan bimbang
Tentang sebatang lilin menyala tanpa jasa
Ku kenang bukan karena mahkota

Sahabat...
Memang bukan purnama
Mungkin hanya sebuah lentera
Pun bukan derai hujan
Mungkin cuma tetes embun

Aku terjaga...
Dikau berarti kendati bukan permadani
Tulus bukan mawar berduri

Maaf...
Terlalu lama aku ternyenyak
Ku anggap dikau hanyalah mimpi
Tak sempat berikan setitik senyuman
Hingga dapat kau tata rapi dialbum kenangan

"Benar kata orang, persahabatan adalah
bagian dari raut kepedulian dan ketulusan,
namun sayangnya terkadang seorang sahabat
baru akan terasa bahwa ia berharga bagi kita
saat ia tak lagi bersama kita"



BUAT KAU
Ku pandangi dengan seluruh keikhlasan
Walau goresan pedih dimata
Yang anginpun kadang tak sejukkan aku
Ku pendam dalam ribuan kilo
Agar tak seorang dapat menatap
Karena tak ingin nafas itu terderngar

Kau...
Mohon pergilah
Jangan tampakkan wajah
Jika tak sudi bersama

Kau...
Mohon nyalakan api
Jangan tebar senyum manismu
Andai aku bukan merpati kesayanganmu

Kau...
Mohon sembunyikan purnama dibalik kelam
Jangan bersinar indah
Bila tak ingin terangi malamku

Kau...
Mohon taburlah benih-benih kebencian dihatiku
Jangan goda jiwaku jika tak mampu bahagiakan aku



CUMA BINGKAI
Tatapan itu tak ingin lari dari cermin kaca
Senyuman itu menari-nari di pelupuk mata
Kata-kata itu terus terngiang bersama angin bisiki telinga

Begitu indah seakan tak kan jadi cerita
Ternyata ku harus berlari diatas tajamnya kerikil
Jadi penghuni hari-hari yang sepi
Kosong hanya berisi album memory
Sunyi cuma ditemani bingkai yang telah mati

Wahai mawar yang tak berhati...
Andaipun esok ku punya tangan dan kaki
Tak ingin ku musafir bersamamu meski dalam mimpi
Kendati indah jua wangi, kau penuh dengan duri

"Cinta memang sebuah rasa yang mesti
dimiliki setiap jiwa, saat cinta bersemi semua
serasa begitu indah, semua serasa
kan abadi, namun begitulah adanya cinta
yang tak hanya ada kebahagiaan dalam
lika-likunya tapi jua kepedihan, dan dengan
kepedihan itu jualah kadang kita dapat meraba
sedalam mana cinta yang dimiliki oleh
kita dan orang yang kita cinta"



TERPAKSA
Terpaksa ku pejamkan kedua mata
Ketika panah menembus relung
Berjalan tanpa cahaya
Berlari diatas gelas yang pecah
Terbelenggu pusaran air mata

Terpaksa ku tundukkan kepala
Ketika tak mampu berdiri tegak
Pedih, perih oleh mawar berduri
Sirami dengan air walau harus merintih
Harapkan purnama diwajahku

Terpaksa ku duduk bisu
Ketika kata-kata tak bersenandung
Lidah kalut, akupun teriak
Hilangkan duri-duri yang menancap
Meski darah bercecer di semak-semak

Nyanyianku terpaksa
Bait-baitku terpaksa
Senyumkupun terpaksa
Semua aku terpaksa

" Ketika diri berada dalam kegalauan,
kadang terpaksa harus bersandiwara
menutupi apa yang sebenarnya sedang terjadi,
agar mungkin orang lain tetap tersenyum tanpa
harus merasa iba, walau sebenarnya diri ini
ingin seakali berbagi cerita"



YANG TERSEMBUNYI
Jika bintang kan bahagia bersama rembulan
Begitu jua aku...
Di dalam sana sebatang pohon telah rapuh
Hangus dalam kesejukan
Hampir tak berdenyut nadi itu
Tapi coba tetap tersenyum

Aku bertopeng purnama
Sedang mentari menangis
Senyum-senyum kepalsuan
Tawa-tawa kemunafikan
Sembunyi dipekat malam dan awan hitam
Tampakkan mahligai padanya...
Meneteskan darah karena sebilah pedamg
Sedang aku membalut dengan canda-canda

Mereka tak tahu…
Katanya aku terbang bersama burung-burung disana
Padahal aku terjepit bongkahan-bongkahan batu tebing

Ia tersenyum...
Aku hanya menatap
Aku cuma terpaku
Mengubur serpihan-serpihan kayu yang hangus terbakar



YANG TERABAIKAN
Tak pernah terpikir
“Tuk siapa kecewa ini”
Setelah lama terpaku
Sarasa lama menunggu
Ternyata aku harus beringkuk bisu
Begitu indah gambarkan rasa
Akhirnya aku pun merasa

Tak pernah terbersit
“Kan kukubur dimana rasa ini”
Mengapa hanyaberikan senyuman tanpa ungkapan
Sedang aku mudah terbuai perasaan
Sampai kapan…
Tertipu oleh bayangan semata

Tak pernah terlintas
“Apa kata mereka”
Aku tak mau harapan
Aku ingin kenyataan
Bukan malu yang terpikirkan
Tapi rasa yang terabaikan
Mengapa tak dibiarkan saja rasa itu buta
Mengapa mesti menoleh pada kebohongan belaka



TERLAMBAT
Telah aku ucapkan
Jua telah ku ungkapkan
Ku perlihatkan rembulan
Duri-duri tajampun ku telan
Tetap saja ku tertunduk
Memaksaku berlari ke gurun gersang
Akupun sembunyi di goa tua
Mengeringkan luka-luka berdarah
Kini pedih tak lagi terasa
Luka itupun tak membekas
Maaf...
Mungkin mawar itu kan tumbuh kembali
Tapi, apakah nanti aku masih mampu berlari



BUKAN SALAHMU
Kau yang dulu pernah getarkan dunia
Kau yang dulu jadi pujaan manusia
Karena mereka mencintaimu
Tak ingin kau dihina
Itu dulu...
Kini namamu seakan tinggal nama
Kian tenggelam bersama masa
Bukan salahmu tapi salahku
Aku hanya anggukkan kepala tentangmu
Geleng-geleng tuk selalu bersamamu
Bukan salahmu tapi salah dia
Bukankah ikan kan bahagia berada di lautan
Walau daratan tanpa ombak dan gelombang
Burungpun lebih senang hidup didalam sebuah hutan
Meski dikota berjuta sangkar kemewahan
Tapi dia...
Dia senang diam di gubuk reot bertopengkan istana
Padahal sekejap lagi kan roboh, dan dia didalamnya
Kami suka kebohongan dari pada kejujuran tentang kami
Aneh...
Bukan salahmu, bukan aibmu
Dialah yang salah, akulah yang hina
"al-Islamu ya'lu wala yu'la 'alaihi"

Expus…
Sebenarnya tak ada yang kurang apalagi yang salah pada Islam, tapi mengapa ia kini seakan ditelan masa seakan tinggal nama? Apakah ia telah "kalah" oleh agama-agama lain (pengakuan mereka) yang tidak diakui? Ataukah kini ia tak lagi sesuai dengan keadaan zaman? Tidak, Islam tidak akan dan tidak pernah "kalah" oleh agama-agama gadungan, lalu mengapa? Cobalah tanya saja pada kita-kita orang muslim-muslimah, mengapa kita hanya terus bangga dengan nama besar Islam dan perjuangan-perjuangan sukses para pendahulu, tidak terpikirkankah oleh kita bahwa itu dulu.., sekarang? Islam tetap ya'lu wala yu'la alaihi hanya tinggal sampai manakah kita pertahankan, kita perjuangkan dan kita realisasikan Islam kebanggaan kita ini? Namun apakah mungkin semua ini dapat kita pertahankan jika kita yang muslim-muslimah masih merasa Islam terlalu mengekang, begitu kaku dan semacamnya, hingga kita terkadang enggan dan menentang pada apa yang telah ditentukan? Padahal kita tahu itulah yang terbaik dan benar. Terkadang kita masih senang berdalih ini dan itu untuk menghindar dari hukum-hukumnya, mana lagi masih ditambah percekcokan-percekcokan dan perdebatan antar sesama yang akhirnya mengakibatkan perpecahan bahkan permusuhan, lalu bagaimana kita bisa mempertahankan, memperjuangkan dan merealisasikan dengan keadaan kita para muslim-muslimah yang terpecah-belah tidak ada kekompakan kesatuan tujuan ini? Bukankah Allah telah menyuruh kita untuk selalu berpegang teguh pada tali-Nya dan melarang kita berpecah-belah? Orang bijak juga pernah berkata bahwa kekompakan dan kesatuan tujuan dalam agama adalah awal mula dari semua kebaikan, dan perpecah-belahan adalah awal dari semua keburukan dan musibah. Nah rasanya tidak mungkin kita dapat mempertahankan, memperjuangkan dan merealisasikan Islam sedang kita masih repot dengan kepentingan-kepentingan pribadi. Bagaimana biasa kalau kita masih diselimuti iri-dengki saling gencet-menggencet, tindas-menindas, sedang mereka para musuh Allah la'natullah 'alaihim sekaligus musuh kita terus mengintai dari semua arah untuk menghancurkan Islam.
Ikhwan..
Jangan pernah berkata bahwa islam tak lagi sesuai dengan zaman karena Islam selamanya selalu sesuai buat siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Jangan dibutakan oleh zaman lantas berkata Islam tak lagi relevan. Bohong kalau Islam dikata tak relevan karena Islam adalah milik Tuhan dan zamanpun ciptaan-Nya. Jangan karena Islam melarang kita berdua-duaan dengan pacar atau ajnabiyyah (khulwat) lalu kita berkata islam tak mengerti cinta, jangan karena Islam melarang kita berzina, mabuk-mabukan, berjudi dan korupsi lalu kita berkta Islam melanggar hak asasi, yang akhirnya menjadi pemicu munculnya tanggapan, komentar dan pemikiran-pemikiran “miring” yang tidak benar terhadap Islam. Cobalah tunjukkan Islam kebanggaan kita ini dan semua yang ada di dalamnya biar semua tahu bahwa hanya Islam yang benar, hanya Islam yang relevan dan hanya Islam yang selalu mengerti terhadap semua penghuni muka bumi, tunjukkan bahwa tidak ada agama yang diakui selain ia.
Ikhwann..
Islam tidak pernah yu'la alaihi, ia selalu akan berada di atas seperti bintang karena ia satu-satunya agama milik Allah. Mulailah dari detik ini untuk menerimanya sepenuh jiwa jika dulu kita separuh hati, mulailah menampakkan wajah jangan hanya "bertopeng" agar Islam tidak hanya tertera di KTP, surat nikah dan kartu-kartu identitas lainnya saja. Tak perlu takut, malu ataupun gengsi untuk menunjukkan bahwa diri kita adalah seorang muslim-muslimah kalau memang benar kita berniat untuk jadi penganutnya sekaligus hamba Tuhan yang baik, jangan separuh-separuh, acuh tak acuh karena Islam tak pernah memaksa kita untuk menjadi pengikutnya, (na'udzu billah) tinggalkanlah kalau memang tidak berniat dan tak rela asal saja siap dengan Jahannam, adzab dan semua murka Allah. Memangnya siapa kita? Toh Allah tidak akan rugi andaikata (na'udzu billah) seluruh manusia kufur dan enggan menyembah-Nya, pun tidak akan untung andai kita beriman, walau telah diterangakan bahwa Allah menciptakan jin dan manusia untuk menyembah-Nya itupun tak lain karena Allah kasihan kepada kita agar kita bahagia tidak tersesat dan akhirnya menderita selama-lamanya.



BELENGGU MULIA
Lihatlah disana...
Ahli neraka yang tertawa bermanja
Menolehlah kesana...
Ahli neraka yang menari dan bernyanyi
Namun disini...
Ahli surga hanya diam menatap
Membelenggu diri...
Tanpa dikelilingi para penari
Jua tanpa irama petikan dawai kecapi
Luruskan pandangan biarkan angan menerawang
Hanya kalimat-kalimat agung yang berkumandang
Hanya desah-desah tasbih yang terdengar
Laksana rintik hujan dikemarau
Sesekali, memanggil mereka yang disana
Seakan ingin berbagi cerita
Sungguh.., ini hanya kuasa bagi dada-dada yang lapang
Karena sebuah tongkat mereka rela jalani
Kadang harus merintih dalam senyum
Menangis dalam tawa
Dan resah dalam canda
Hei, yang disana..!
Tahukah kau apa yang ada pada relung hatinya?
Demi mahligai cahaya mereka pejamkan perasaan
Pendam jutaan hasrat dan keinginan
Karena esok mereka tak ingin buta
Dan esok mereka tak ingin nestapa
Sungguh, ini perjuangan oleh jiwa-jiwa yang terang
Perjuangan bersenjatakan islam dan iman
"ad-Dunya sijnul mukmin wa jannatul kafir"



LEMBAH DURJANA
Senja pagi tak bersahaja
Cuma taburan kekejaman
Sejuk angin tak terasa
Hanya terengap-engap tindas menindas

Sangat mengerikan...
Terpuruk di lembah durjana
Terjatuh kejurang curam nista
Terkurung dalam sangkar syetan durhaka

Kemarau berkepanjangan...
Rumput-rumput kering kepanasan
Jangankan berteriak, berbisikpun tak kuasa
Badai dan gaung petir berdiri dihadapan
Semut-semut sembunyi ketakutan
Singapun tak berani tunjukkan taring
Memilukan...



LORONG BUNTU
Terdengar syair-syair pilu
Nada-nada sendu
Dari lorong-lorong buntu
Berserakan janji-janji...
Dulu senyumnya milik si gubuk reot
Kata-katanya pelepas pengap ruang hampa
Kini api singgasana butakan kelopak matanya
Senyum berubah gaung petir kebencian
Semilir jadi badai yang menghantam bebatuan
Ilalangpun tak temuakan arah
Tinggal sampah penderitaan ulah tangan-tangan
tak berperasaan



AMNESIA
" Jika esok ku punya segudang ilmu
Tak kan ku biarkan disekelilingku bodoh
Bila nanti ku punya keraton bertahta
Tak kan ku biarkan dibawahku tertindas
Andai kelak ku punya harta melimpah
Tak kan ku biarkan disampingku menderita"

Inilah harapan itu...
Inilah angan-angan itu...
Inilah cita-cita itu...

Kini malam telah tiada
Tapi mengapa mentari tak bersinar cerah
Sedang burung-burung ingin keluar berterbangan

Kini gubuk itu telah menjadi istana
Tapi kenapa tak ada pintu
Padahal semut-semut kecil tak ingin terinjak



ADA-ADA SAJA
Ada-ada saja…
Diatur malah ingin jadi pengatur
Pengatur malah enak-enakan tidur
Ada-ada saja…
Tidak berjuang tapi disebut pahlawan
Pejuang disebut pembangkang
Ada-ada saja…
Pemalas malah daftar jadi penguasa
Pekerja keras malah dikata gila tahta
Ada-ada saja…
Pengayom tapi menyulitkan
Pemimpin tapi tak mau di depan
Ada-ada saja…
Peduli tapi semaunya sendiri
Pengabdi tapi makan gaji
Ada-ada saja…
Demokrat tapi tak hiraukan rakyat
Penjilat dikata taat
Ada-ada saja…
Pilih-kasih dikata bijaksana
Tegas dikata mentang-mentang kuasa
Ada-ada saja…
Pembohong disebut setia kawan
Jujur dianggap tak berperasaan
Ada-ada saja…



KEMANA
Kemana tetes embun penyejuk kalbu
Perdamaian-perdamaian..!
Syair-syairnya
Mengapa yang berkeliaran kecoak-kecoak pemfitnah
Yang ditabu beduk adu domba

Kasih syang-kasih sayang..!
Senandungnya
Mengapa bara api masih menyala
Sirami dengan dengki iri hati

Persatuan-persatuan..!
Bait-baitnya
Mengapa yang di tanam kaktus-kaktus berduri
Berdaunkan mawar melati
Kemana akar pengikat setumpuk kayu itu

"Negeri kami tidak butuh komentar-
komentar kosong. Negeri kami perlu bukti,
karena kemerdekaan negeri ini
bukanlah hasil dari sesumbar melompong,
tapi hasil pembuktian dari rasa cinta
sesepuh-sesepuh kami kepada negeri ini"



AKU TIDAK SEDANG BERPUISI
Dengarkan.., aku tidak sedang berpuisi
Ini teriakan ilalang yang diterpa badai
Ini kesedihan ikan yang terdampar di pantai
Yang ku katakan terbitnya mentari pagi
Yang ku ungkapkan siang kan berganti malam

Hei, dengarkan.., aku tidak sedang berpuisi
Ini suara isakan sisa tsunami
Ini puing-puing tangis bayi yang digonjang gempa bumi
Ini jerit keluarga yang rumahnya direnggut lumpur
panas tak kunjung henti
Dan pak.., benarkah kau anak negeri kami?

Mohon dengarkan.., aku tidak sedang berpuisi
Ini bukan suara, bukan jeritan tapi perasaan
Akankah terus kau injak orang tua yang
mampu memberi makan
Akankah terus tak kau hiraukan anak miskin yang
tak punya sekolahan
Dan pak.., tidakkah kau kan kembali kelahad
sama seperti kami?

Ini bukan suara, bukan jeritan dan perasaan tapi iman
Akankah terus kau singkirkan panglima-panglima kebenaran
Akankah kau biarkan manusia-manusia telanjang
Akankah terus kau bangun tempat-tempat syetan
Dan pak.., kami manusia bukan binatang



SESAL-JERIT KAMI
Berharap...
Memuji...
Inilah kami yang berdiam dibawah pohon ber-rayap
Kadang harapan itu lenyap
Sebab terik mentari masih menyengat
Kadang puji itu datangkan sesal ditiap pembuluh darah
Karena mereka orang-orang terhina

Saat ia roboh...
Kami kira mungkin sengsara kan tiada
Ternyata inipun salah
Sebab yang datang serigala-serigala berbulu domba
Karena mereka bajingan bertopeng bijaksana

Kami tahu.., mestinya kami yang berdiri
Bukan mereka-mereka yang tak tahu diri
Bukan mereka yang selalu menabur duri
Jua bukan mereka yang ingin jadi penguasa muka bumi

Menyedihkan...
Kami hanya semut-semut kecil
Yang teriak kami tak mereka simak
Yang dengan gampang dapat mereka injak

Memilukan...
Kami hanya mampu menjerit
Tak kuasa tuk menggigit
Mereka tak mau mengerti
Melenggak-lenggok semau diri
Tak sadar kalau bumi bukan hanya tuk merka
Tapi jua tuk kami



SURAT BUAT CUCUKU
Kepada yth.: Cucuku pemimpim RI.
Di:
Gedung jabatan

Cucuku..
Aku titipkan negeri ini kepadamu
Jangan biarkan dia direbut orang
Karena aku telah membelinya dengan nyawa
Cucuku..
Aku titipkan negeri ini kepadamu
Jangan biarka ia kering
Karena aku telah menyiramnya dengan darah
Cucuku..
Juga aku titipakan cucu-cucu temanku kepadamu
Jangan kau bohongi mereka
Karena kami dulu berkawan
Jangan kau injak mereka
Karena kami dulu saling menjunjung
Jangan kau bungkam mulut mereka
Karena kami dulu berteriak bersama
Cucuku..
Aku titipkan cucu-cucu temanku kepadamu
Jangan kau biarkan mereka kelaparan
Karena kami dulu makan sepiring berdua
Jangan kau biarkan mereka menangis
Karena kami dulu saling mengusap air mata
Jangan kau nikmati sendiri negeri ini
Karena kami dulu saling berbagi
Cucuku..
Ingat ya kutitipkan negeri dan cucu-cucu temanku kepadamu
Dari: Embahmu pejuang RI.



SURAT DARI PAHLAWAN
"Indonesia tanah airku…
Tanah tumpah daraku ..."
…. …. …. …. …. …. … …
"Merdeka…, merdeka…
Hiduplah Indonesia raya.."

Agar tak ada lagi jerit di sabang sampai meraukeku
Agar tak ada lagi lorong buntu dan belenggu
Sudih aku basuh negeri ini dengan darah
Rela aku tebus pertiwi ini dengan nyawa
Hanya tuk ajak merah-putih berkibar tinggi

Wahai anak bangsa..
Kini dentum langakah penjajah tak lagi terasa
Pun kini badai telah berganti semilir angin
Maka peluk bersama bila tiang itu kan roboh
Simpul yang erat saat tanah itu mulai retak
Karena aku telah ikhlaskan peluru bersemayam di dada
Karena kami telah biarkan telapak kaki berlumuran darah

Wahai anak pertiwi..
Kini negeri ini tak lagi meronta
Tak lagi melolong nestapa
Tak lagi teteskan air mata

Maka mohon..
Jangan jadikan ia api bagi ilalang dikemarau
Jangan jadikan ia istana bagi si penguasa
Karena ia indonesiaku, tanah airku jua tanah air anak negeriku




Hamdan Wa Syukran Lillah…..
Was Tighfaran Min Jami’il Khataya..